Indonesia Tunjukkan Kegiatan Kelapa Sawitnya kepada Akademisi Asing
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Besarnya peran industri kelapa sawit dalam mendukung perekonomian Indonesia mendorong pemerintah Indonesia untuk mempertahankan keberlangsungannya. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri juga menyampaikan komitmennya untuk mengimplementasikan sistem yang sesuai dengan program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs.
Saat ini, industri kelapa sawit di Indonesia terancam dengan kampanye negatif yang tersebar di Eropa, seperti kegiatan kelapa sawit yang mengakibatkan deforestasi, karbon, dan hilangnya keragaman hayati. Untuk itu, sejumlah peserta asing dari berbagai bidang diundang mengunjungi Indonesia agar mereka memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang industri kelapa sawit di Indonesia.
Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir menyampaikan, industri kelapa sawit memang merupakan isu yang menyangkut masalah lingkungan. Namun di sisi lain, industri itu juga menghidupkan hingga puluhan juta warga Indonesia.
"Kebutuhan dunia pada kelapa sawit sangat besar. Indonesia memproduksi lebih dari 50 persen dari total produksi secara global," ucap Fachir saat pembukaan kegiatan sosialisasi terkait kelapa sawit di Indonesia bertajuk Regular Oil Palm Course (ROPC) di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (19/11/2018).
Kegiatan yang akan digelar pada 19-26 November di Bogor dan Jambi itu menghadirkan 15 peserta asing dari berbagai bidang yang berasal dari 11 negara Eropa. Ada peneliti, akademisi, aktivis lingkungan, dan konsultan. Melalui acara itu, para peserta diharapkan dapat melihat dan mempelajari secara langsung mengenai kebijakan, struktur organisasi perusahaan kelapa sawit, serta fakta ril di lapangannya.
Kegiatan itu merupakan hasil kolaborasi antara Kemenlu, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Jambi (Unja).
Fachir berharap, para peserta dapat menyampaikan informasi yang benar mengenai kelapa sawit di Indonesia ke negaranya masing-masing. Eropa merupakan salah satu pasar utama kelapa sawit Indonesia.
Paul C Meager, wakil peserta ROPC yang berasal dari Slovakia, merasa senang dapat menyaksikan secara langsung kegiatan kelapa sawit di Indonesia. "Kita akan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Informasi akan kami sebarkan ke rekan-rekan di negara masing-masing. Kami berharap praktek kelapa sawit akan lebih baik ke depan," tuturnya.
Dono Boestami, Presiden Direktor BPDP-KS, memperkirakan, industri kelapa sawit melibatkan hingga 20-60 juta orang atau sekitar 20 persen dari total masyarakat Indonesia. Lebih dari setengahnya merupakan petani kecil.
"Industri kelapa sawit memiliki peran besar dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan sosial. Sejak 2000, kelapa sawit membantu 10 juta warga keluar dari kemiskinan. Kita akan berupaya sebisa mungkin untuk memenuhi standar internasional," ujarnya.