Petenis Jerman, Alexander Zverev, meraih pencapaian terbaiknya di arena tenis profesional yang dijalani sejak 2013. Petenis berusia 21 tahun itu menjuarai turnamen Final ATP dengan mengalahkan dua nama besar, Novak Djokovic dan Roger Federer.
Dalam laga perebutan gelar juara di The O2 Arena, London, Inggris, Minggu (18/11/2018) waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia, Zverev mengalahkan favorit juara, Djokovic, 6-4, 6-3. Sehari sebelumnya, anak muda keturunan Rusia itu menyingkirkan sang maestro, Federer, pada semifinal, 7-5, 7-6 (7-5). Dia pun menjadi petenis pertama yang mengalahkan dua unggulan teratas secara beruntun dalam Final ATP setelah Andre Agassi pada 1990.
”Ini gelar juara tertinggi saya hingga saat ini. Trofi ini sangat bermakna untuk semua petenis. Tak banyak kesempatan untuk bisa bermain di sini dan saya berhadapan dengan petenis-petenis terbaik dunia,” kata Zverev.
Final ATP adalah turnamen akhir musim yang hanya diikuti delapan petenis terbaik putra untuk setiap musimnya. Delapan petenis itu mengikuti babak penyisihan grup yang menggunakan format round robin untuk menentukan dua peringkat teratas yang berhak ke semifinal.
Zverev melaju ke empat besar setelah menempati peringkat kedua Grup Gustavo Kuerten di bawah Djokovic dan di atas Marin Cilic serta John Isner. Dalam pertemuan di grup, Zverev kalah dari Djokovic, 4-6, 1-6.
Namun, saat berhadapan kembali dengan petenis nomor satu dunia itu di final, Zverev tampil lebih solid. Sebagai petenis bertipe baseliner, dia bertahan dan menyerang dengan baik dari sekitar garis belakang lapangan.
Poin terakhir, misalnya, didapat melalui backhand passing shot yang menghasilkan winner. Bola melaju kencang, melewati Djokovic yang telanjur ke depan net dan tak bisa menjangkaunya.
Zverev pun menangis sambil telungkup di lapangan. Djokovic menghampirinya untuk memeluk dan memberi ucapan selamat.
Dia menjadi juara termuda Final ATP sejak Djokovic melakukan hal yang sama pada 2008. Djokovic juga berusia 21 tahun ketika itu.
Zverev juga menjadi petenis Jerman pertama yang menjuarai Final ATP sejak Boris Becker pada 1995. Ini menjadi penampilan kedua Zverev dalam turnamen tersebut setelah musim 2017 tersingkir pada penyisihan grup.
Menikmati pertandingan
Sejak kedua petenis memasuki lapangan, sorotan tertuju pada Djokovic yang mendominasi paruh kedua musim 2018 dengan menjuarai empat turnamen, termasuk Grand Slam Wimbledon dan AS Terbuka. Djokovic tinggal selangkah untuk menyamai rekor milik Federer: enam kali juara Final ATP.
Namun, Zverev terlihat tak gentar sejak perebutan poin pertama. ”Saya mencoba tidak berpikir berlebihan. Saya berusaha menikmati pertandingan, menikmati atmosfer, dan momen final. Hanya itu yang saya lakukan,” katanya.
Dengan gelar juara itu, Zverev berhak atas hadiah uang 2,5 juta dollar AS (sekitar Rp 36,3 miliar) dan 1.300 poin ATP. Dia pun akan mengakhiri musim 2018 pada peringkat keempat di bawah Djokovic, Rafael Nadal, dan Federer.
”Saya berterima kasih kepada ayah yang telah menjadi pelatih seumur hidup saya. Sepertinya dia tak akan berhenti menangis hingga tahun depan. Juga pada Ivan Lendl yang telah bergabung di tim,” katanya menyebut nama mantan petenis Ceko yang mulai melatih Zverev pada tahun ini.
Lima tahun menjadi petenis profesional, petenis berpostur tinggi dan kurus itu telah meraih 10 gelar juara, termasuk dari ATP Masters 1000 Roma dan Toronto pada 2017, serta Madrid 2018. Pada arena Grand Slam, Zverev belum bisa melewati perempat final yang baru sekali dicapainya pada Perancis Terbuka 2018.
Namun, gelar dari Final ATP telah membawanya selangkah lebih dekat untuk meraih trofi juara Grand Slam pertama kali. (AP)