Sineas Muda Didorong Produksi Film tentang Kearifan Lokal
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para sineas muda didorong untuk memproduksi karya film bernuansa kearifan lokal Indonesia. Dengan mengangkat kebudayaan lokal diharapkan rasa nasionalisme dalam pembuatannya semakin menguat.
Kepala Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Maman Wijaya mengatakan, karya film bernuansa kearifan lokal berperan strategis dalam kehidupan berbangsa antara lain membentuk kekuatan dan tatanan budaya bangsa, sarana pencerdasan, pengembangan potensi diri, dan pembinaan akhlak.
”Kami mendorong para pelajar untuk memproduksi film pendek dokumenter dan fiksi tentang budaya serta potensi Indonesia. Dalam pembuatan itu, mereka akan merasakan secara langsung membangun rasa cinta tanah air dan peduli budaya bangsa,” kata Maman dalam konferensi pers Gelar Karya Film Pelajar 2018 di Jakarta, Senin (19/11/2018).
Kemendikbud menggelar Gelar Karya Film Pelajar (GKFP) pada 22-24 November 2018 di Plaza Insan Berprestasi, Gedung A, Kemendikbud, Jakarta. Kegiatan itu diikuti oleh para pelajar sekolah menengah atas dan kejuruan di seluruh Indonesia.
Ajang ini diharapkan dapat memberikan ruang bagi para pelajar untuk berinovasi dan kreatif. Tahun ini total 314 karya film diterima panitia yang terdiri dari 214 kategori film pendek fiksi dan 72 film pendek dokumenter. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 114 film.
Maman menilai, antusiasme para pelajar mengikuti ajang ini sangat tinggi. Semangat para pelajar itu harus semakin ditumbuhkan agar mereka kelak dapat menyalurkan ide dan kreativitas. ”Nilai-nilai pendidikan karakter secara tidak langsung juga turut ditumbuhkan dalam proses pembuatan filmnya.”
Angkat budaya lokal
Menurut Maman, para pelajar sekolah menengah berpotensi untuk memproduksi film dengan latar belakang budaya asalnya. Mereka akan lebih kritis dalam mengangkat isu budaya, kearifan lokal, dan potensi daerah yang mereka alami sehari-hari. ”Para pelajar memiliki ide yang banyak. Mereka perlu dibina agar memproduksi konten film pendek yang berkualitas,” ucap Maman.
Sementara itu, juri GKFP Anggi Priska menyampaikan, unsur kebudayaan lokal itu justru muncul dari daerah masing-masing para sineas muda. Unsur kebudayaan lokal yang diangkat memiliki beragam bentuk, tidak hanya tari-tarian dan seni. Misalnya, perkembangan teknologi yang dilahirkan oleh daerah juga menarik untuk dieksplor lebih jauh.
Hingga saat ini telah ada 12 judul film dari setiap kategori. FIlm tersebut akan ditampilkan dalam pameran GKFP pada akhir November. Selanjutnya dalam masing-masing kategori akan dipilih tiga pemenang juara utama dan tiga pemenang juara harapan.
Anggi menambahkan, sejumlah besar karya film yang diterima panitia telah menampilkan kesadaran mereka dalam melihat kebudayaan, kesenian, sumber daya alam, dan orang-orang di sekitarnya. ”Sisi kemanusiaan, persatuan, dan keberagaman sangat terasa dalam karya mereka.” (MELATI MEWANGI)