Diaspora Indonesia Bidik Potensi Waralaba Nasional
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
SEOUL, SELASA — Diaspora adalah salah satu kekuatan yang memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan jejaring nasional dan dalam kerja sama antarnegara serta kawasan. Dalam sebuah pernyataan pers yang dipublikasikan Kedutaan Besar RI untuk Korea Selatan, Selasa (20/11/2018), disebutkan, dalam dunia bisnis, konsep waralaba memang terhitung cukup menggiurkan, terutama bagi pemain pemula.
Waralaba dinilai menjanjikan sebuah usaha cepat dikenal, biaya dan tenaga yang diperlukan untuk membangun reputasi bisnis tersebut juga jauh lebih sedikit. Konsep inilah yang coba ditawarkan di Korea Selatan, khususnya kepada diaspora Indonesia yang sudah lama menetap di negara itu, termasuk para pekerja migran Indonesia (PMI) dan pelajar Indonesia. Pengenalan itu dilakukan lewat seminar kewirausahaan yang digelar pada Minggu (18/11) di Busan, Korsel. Seminar itu merupakan bagian dari program pendampingan waralaba nasional.
”Hasilnya pun terbilang cukup menggembirakan. Tercatat pada saat penyelenggaraan seminar nilai total surat minat kerja sama yang ditandatangani calon mitra waralaba mencapai Rp 1,5 miliar untuk tiga waralaba Indonesia. Minat kerja sama tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing merek-merek waralaba Indonesia yang selama ini telah sukses merambah pasar luar negeri. Sebagai contoh, Alfamart sudah menguasai Filipina dengan 174 gerai, JCo Donuts & Coffee sudah merambah empat negara, juga Baba Rafi dengan 60 gerai yang tersebar di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Sri Lanka, Bangladesh, China, dan Belanda,” kata pernyataan itu.
Potensial
Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi menyambut baik hasil ini. ”Masa depan Indonesia sangatlah cemerlang. Indonesia merupakan pasar yang sedemikian besar ditunjang daya beli masyarakat yang baik dan terus meningkat. Waralaba merupakan salah satu alternatif usaha yang bisa dikembangkan dengan modal yang didapat dari bekerja di Korea ini,” tutur Umar Hadi.
Khusus untuk pekerja migran Indonesia yang sudah hampir purnatugas, Dubes berpesan agar tidak takut pulang dan memanfaatkan kesempatan bisnis ini di Indonesia.
Sementara itu, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti menggarisbawahi pertumbuhan waralaba di Indonesia sangat pesat. ”Hingga saat ini terdapat 555 merek usaha waralaba dan yang berpontensi diwaralabakan dengan jumlah gerai 45.000 di Indonesia. Dengan sistem waralaba, semua orang dapat memulai bisnis dengan risiko minimal walaupun pengalaman dan talenta bisnis yang dimiliki belum cukup banyak,” kata Tjahya sebagaimana dikutip dalam pernyataan pers itu.
Sebagai catatan, hingga pertengahan tahun ini, jumlah WNI di Korea Selatan mencapai 35.269 orang, dengan rincian PMI dan ABK berjumlah 33.438 orang. Rata-rata PMI dan ABK bekerja 3 tahun dan dapat diperpanjang hingga 5 tahun. Sekembalinya ke Indonesia, para PMI dan ABK ini diharapkan dapat lebih mandiri dengan menjadi entrepreneur yang bisa memajukan perekonomian bangsa. (*)