3.000 Migran dari Amerika Tengah Tiba di Tijuana Setelah Melintasi Meksiko
Oleh
Elok Dyah Messwati
·5 menit baca
TIJUANA, SENIN — Sebanyak 3.000 migran dari Amerika Tengah tiba di kota Tijuana di perbatasan Meksiko-Amerika Serikat sejak seminggu yang lalu. Mereka berkemah di Tijuana setelah melintasi Meksiko dengan berjalan kaki dalam rombongan besar.
Kehadiran para migran itu memicu protes sekitar 500 warga lokal karena kehadiran para migran membuat AS menutup perbatasan. Warga lokal yang marah tersebut termakan oleh kekhawatiran akan peringatan Presiden AS Donald Trump bahwa para penjahat dan anggota geng bisa jadi ikut dalam rombongan migran tersebut, bahkan termasuk juga teroris, meskipun tidak ada bukti mengenai hal itu.
Sekitar 500 warga lokal berdemonstrasi di Tijuana menentang rombongan migran tersebut. Para pengunjuk rasa berjalan kaki ke kompleks olahraga dekat pusat kota Tijuana, tempat di mana ribuan migran asal Amerika Tengah itu tinggal sementara waktu. Mereka tidur di atas tanah dan di bawah bangku setelah tiba di Tijuana seminggu yang lalu.
Dulce Alvarado (28) dari Lempira, Honduras, mengatakan bahwa saat dia melangkah keluar dari toko kelontong di dekat kompleks olahraga sambil membawa putranya yang berusia dua tahun, tiba-tiba dia dikelilingi oleh demonstran yang meneriakkan kata-kata seperti: ”Keluar!”, ”Kami tidak menginginkanmu di sini!”. ”Saya sangat takut,” kata Alvarado.
Seorang petugas polisi Tijuana melihat mereka di kerumunan demonstran tersebut dan membantu mereka keluar dari kerumunan untuk kembali ke kompleks olahraga. Protes pun berakhir dengan damai. Pada hari Senin (19/11/2018) yang merupakan hari libur di Meksiko, jalanan sepi dan banyak toko di dekat kompleks olahraga yang ditutup.
Makin tegang
Namun, situasi di Tijuana makin tegang karena hampir 3.000 migran kini telah tiba di Tijuana dalam beberapa hari terakhir setelah lebih dari satu bulan di perjalanan, bahkan sepertinya mereka akan ada di Tijuana selama beberapa bulan ke depan karena mereka meminta suaka kepada AS. Pemerintah Federal memperkirakan jumlah migran bisa membengkak menjadi 10.000 orang.
Duta besar Meksiko untuk AS Geronimo Gutierrez mengatakan kepada wartawan pada Senin lalu bahwa situasi saat ini harus menjadi perhatian yang serius bagi Pemerintah AS, Meksiko, dan Amerika Tengah agar bekerja sama untuk mengatasi masalah migran tersebut.
Pengawas perbatasan AS kini sedang memproses sekitar 100 permintaan suaka di Tijuana yang berbatasan dengan kota San Diego, AS. Pencari suaka tersebut mendaftarkan nama mereka di buku catatan yang dikelola oleh migran sendiri yang terdapat lebih dari 3.000 nama, bahkan sebelum rombongan migran itu tiba.
Bagi kota Tijuana yang berpenduduk 1,6 juta orang, kedatangan ribuan migran Amerika Tengah tidak terlalu terlihat. Sebagian besar migran tetap berada dalam radius tiga blok dari kompleks olahraga yang menghadap dinding logam yang menjulang tinggi dengan kawat berduri di perbatasan AS-Meksiko.
Warga lokal khawatir
Namun, banyak warga lokal yang mengkhawatirkan kehadiran migran justru akan memicu naiknya tingkat kejahatan dan membawa korban. Sejak 2016, ribuan warga Haiti yang juga mencoba masuk ke AS akhirnya menetap di sini. Sementara pada saat yang sama, Tijuana juga menjadi tempat tinggal bagi ribuan warga Meksiko yang dideportasi dari AS.
Kota Tijuana berjuang menghadapi kekerasan narkoba. Beberapa warga mengatakan bahwa mereka tidak ingin rombongan migran itu membawa masalah.
Sandra Lucia Montanez (28), seorang psikolog di Tijuana, mengatakan, laporan berita sejak bulan lalu menyebutkan bahwa migran dari Amerika Tengah telah menyerbu perbatasan di selatan Meksiko dan memunculkan ketakutan warga. Namun, menurut Montanez, yang terpenting adalah agar Tijuana tidak lupa bahwa kota itu adalah kota migran.
”Hampir tidak ada warga yang berasal dari Tijuana. Jadi, kami harus membantu yang paling membutuhkan. Mereka datang dari negara-negara yang menderita kemiskinan. Honduras lebih buruk daripada Meksiko,” kata Montanez.
Beri otoritas
Presiden Trump kemungkinan akan memberikan otoritas kepada pasukan AS untuk melindungi agen imigrasi yang ditempatkan di sepanjang perbatasan AS dengan Meksiko jika mereka berada di bawah ancaman para migran yang berusaha menyeberang ke AS.
Menjelang pemilihan Kongres AS awal bulan ini, Trump telah mengecam apa yang dilakukan oleh para migran Amerika Tengah itu sebagai sebuah ”invasi” yang mengancam keamanan nasional AS. Trump pun telah mengirim ribuan pasukan AS ke perbatasan untuk membantu mengamankan perbatasan.
Pasukan AS sebelumnya tidak memiliki wewenang untuk melindungi petugas Bea dan Cukai, serta petugas patroli perbatasan AS. Otoritas baru tersebut diumumkan pada Selasa (20/11/2018). Petugas perbatasan AS sempat menutup perbatasan tersibuk Tijuana-San Diego pada Senin pagi untuk menambah barikade beton dan kawat berduri.
AS telah meningkatkan keamanan perbatasan secara dramatis untuk menghadapi kedatangan rombongan migran. Pemerintah AS menutup jalur masuk perbatasan dengan penghalang semen yang diatapi dengan kawat berduri yang dapat dengan cepat dipindahkan untuk memblokade jalur jika ada sejumlah massa yang coba memaksa masuk ke dalam wilayah AS.
Namun, penutupan perbatasan itu juga mempersulit warga lintas batas untuk bolak-balik ke AS guna bekerja dan berbelanja. Pelabuhan masuk San Ysidro adalah salah satu perbatasan tersibuk di dunia, dengan lebih dari 40.000 kendaraan dan 34.000 pejalan kaki melintasinya setiap hari.
”Saya kehilangan hari kerja. Saya sudah menelepon bos saya dan mengatakan kepadanya bahwa semua jalur tertutup dan saya tidak tahu jam berapa saya bisa masuk kantor,” kata Maria Gomez, perempuan Meksiko yang melintasi perbatasan setiap hari untuk bekerja. Saya tidak percaya ini bisa terjadi,” kata Gomez. (AP/AFP/REUTERS)