Buruknya Konsistensi Ducati Untungkan Honda dan Marquez
Oleh
Rakaryan Sukarjaputra
·3 menit baca
Perhelatan MotoGP 2018 baru saja usai dengan putaran terakhir di Valencia, Spanyol, 18 November lalu. Berbeda dari musim 2017, pada musim 2018 putaran terakhir sudah tidak menentukan karena gelar juara dunia pebalap maupun konstruktor sudah dipastikan pada putaran sebelumnya.
Dari segi persaingan antarpebalap ataupun tim, musim 2018 memang tidak seketat musim sebelumnya. Marc Marquez (Repsol Honda) sebagai juara pebalap 2018 bisa memenangi 9 putaran balapan, Andrea Dovizioso (Ducati) memenangi 4 balapan, Jorge Lorenzo (Ducati) memenangi 3 balapan, Cal Crutchlow dan Maverick Vinales sama-sama memenangi 1 balapan.
Dominasi Marquez di musim 2018 tidak terlepas dari buruknya performa para pesaingnya. Para pebalap tim Movistar Yamaha, Maverick Vinales dan Valentino Rossi, sepanjang musim menghadapi performa motor M1 yang buruk daya cengkeram ban dan engine braking-nya.
Performa motor tim Ducati juga tidak konsisten, dengan mengalami masalah yang hampir sama dengan Yamaha di sejumlah sirkuit, yaitu daya cengkeram ban yang buruk dan ban yang cepat aus. Padahal, dari segi tenaga dan akselerasi, sebagaimana disampaikan Marquez, mesin Ducati sebenarnya merupakan yang terunggul dibandingkan dengan Honda dan tim-tim MotoGP lainnya.
Inkonsistensi performa Ducati dalam beradaptasi dengan berbagai kondisi sirkuit yang berbeda-beda itu juga berpengaruh pada pebalap Ducati, Andrea Dovizioso, yang pada musim lalu terus menantang Marquez dalam penentuan gelar juara pebalap MotoGP hingga putaran terakhir. Pada musim 2018, pebalap Italia itu 4 kali jatuh dari motornya saat balapan, yaitu di GP Spanyol, GP Perancis, GP Catalunya, dan GP Jepang.
Di sisi lain, pada musim 2018 Marquez justru membalap dengan lebih cermat dan belajar dari cara Dovi menjaga keawetan bannya. Pebalap Spanyol itu tidak lagi terlalu ngotot untuk langsung berada di depan, dan kemudian meninggalkan lawan-lawannya.
Marquez menjadi lebih suka bisa bertarung dengan lawan-lawannya mendekati putaran-putaran terakhir, yang dari segi tontonan jelas membuat balapan MotoGP tetap menarik dan penuh ”drama”. Talenta tinggi Marquez yang bisa dengan tepat mengukur mana batas-batas maksimumnya juga membuat juara MotoGP lima kali itu pada 2018 lebih jarang jatuh.
Tim teknis Repsol Honda pun menunjukkan kinerja yang lebih baik ketimbang pesaingnya sehingga Marquez bisa berkompetisi di hampir semua sirkuit sepanjang musim 2018. Sirkuit-sirkuit tertentu yang sering dianggap ”musim motor Honda” sudah berubah menjadi sirkuit yang juga bersahabat dengan pabrikan motor Jepang itu.
Musim 2018 telah memberikan ”pelajaran” yang mahal untuk Yamaha dan Ducati sehingga kedua rival terkuat Honda itu pastilah berjuang keras untuk memiliki amunisi yang lebih kuat guna menantang Honda di musim 2019. Kita tunggu saja bagaimana hasil kerja para teknisi Yamaha dan Ducati di musim mendatang.