Elang Laut Jadi Penentu Kelestarian Ekosistem Pantai
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
GARUT, KOMPAS — Sepasang elang laut Haliaeetus leucogaster dilepasliarkan di pesisir Pantai Leuweung Sancang, Rabu (21/11/2018). Aktivitas ini menjadi aksi untuk melestarikan hewan puncak rantai makanan ini karena elang memiliki andil penting dalam ekosistem.
Kepala Bidang Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Ciamis Himawan Sasongko menyatakan, pelepasliaran dua elang ini baru pertama kali terjadi di Cagar Alam Leuweung Sancang. Ia berujar, cagar alam yang luas dan berbatasan dengan laut sangat dibutuhkan oleh hewan yang dilindungi ini.
”Sebagai satwa yang membutuhkan dahan tinggi untuk tinggal, elang laut menjadi indikator ketersediaan pohon tinggi yang berfungsi menjaga kebersihan udara di perairan. Hal ini juga memberikan ruang hidup di ekosistem cagar alam seluas 2.300 hektar ini,” tuturnya.
Sebagai satwa yang membutuhkan dahan tinggi untuk tinggal, elang laut menjadi indikator ketersediaan pohon tinggi yang berfungsi menjaga kebersihan udara di perairan.
Sepasang elang ini diberi nama Yasmin untuk elang jantan dan Iteung untuk yang betina. Kedua elang ini sengaja dilepaskan bersama agar bisa berkembang biak di cagar alam ini. Sebelumnya, Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) melakukan habituasi (pembiasaan) terhadap Yasmin dan Iteung selama kurang lebih satu bulan di area cagar alam.
”Cagar Alam Leuweung Sancang adalah lokasi yang bagus untuk melestarikan hewan yang dilindungi ini. Kami berharap mereka bisa berkembang biak sehingga menambah populasi elang laut. Mereka sangat dibutuhkan sebagai pertanda apakah wilayah ini masih bersih atau tidak,” tutur Manajer Operasional PKEK Zaini Rakhman.
Zaini menjelaskan, elang-elang ini memiliki daya jelajah mencapai 35 kilometer persegi hingga ke lautan lepas, tetapi wilayah teritorialnya hanya dibutuhkan untuk bersarang. Aktivitas utama di wilayah perairan membuat hewan ini juga menjadi pertanda kumpulan ikan di perairan.
”Elang laut menjadi pertanda bagus bagi nelayan yang melaut. Kalau ada elang laut yang berputar-putar di perairan, berarti ada gerombolan ikan di sana. Oleh karena itu, petani membutuhkan satwa ini untuk melaut,” paparnya.
Dilepas wakil bupati
Pelepasan hewan secara simbolis dilakukan oleh Wakil Bupati Garut Helmi Budiman. Diiringi hujan deras, Helmi memegang tali yang digunakan untuk membuka kandang habituasi di pesisir Pantai Leuweung Sancang. Pelepasan dilakukan sekitar pukul 09.00.
Kegiatan pelepasan ini disertai hujan lebat saat Helmi menarik tuas pelepas kandang. Sepasang elang ini sempat tidak ingin keluar kandang setelah pintu kandang terbuka. Namun, tidak butuh waktu lama, Iteung pun terbang lepas, disusul Yasmin.
Helmi menyatakan, pelepasliaran dua satwa dilindungi ini menjadi simbol upaya pelestarian alam. Ia berharap cagar alam yang terletak di kawasan selatan Jawa Barat ini menjadi rumah dari berbagai satwa liar dan dilindungi. Pengawasan yang ketat juga diupayakan agar kelestarian alam di Leuweung Sancang tetap terjaga.
”Di sini ada macan tutul, owa jawa, lutung, dan banyak satwa lain. Oleh karena itu, kami sangat mendukung upaya pelestarian seperti ini,” ujarnya.