Mata Luka, Kejar Penjahat, Aksi Bripka Andreas Dinilai Heroik
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·4 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS - Mata kanan Brigadir Kepala Andreas Dwi Anggoro sudah dioperasi, Selasa (20/11/2018). Pada Rabu (21/11/2018) terus memantau perkembangannya, termasuk observasi kondisi kornea.
Forum pimpinan daerah Kabupaten Lamongan, Bupati Fadeli, Kepala Kepolisian Resor Lamongan Ajun Komisaris Besar Feby Hutagalung, Komandan Komando Distril Militet 0812 Lamongan Letnan Kolonel Arhanud Sukma Yudha Wibawa membesuk Anderas di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya. Mereka mendoakan dan memberikan semangat agar Andreas segera pulih.
Andreas petugas piket di pos lalulintas Wisata Bahari Lamongan yang menjadi korban penyerangan Eko Ristanto dan MSA, Selasa dinihari. Saat mengejar pelaku, Andrreas diserang dengan katepel. Kelereng yang jadi peluru katepel mengenai mata kanannya. "Kani mendoakan Bripka Andreas agar segera bisa sembuh seperti sedia kala," kata Feby.
Feby menilai Andreas sangat luar biasa dalam melaksanakan tugasnya. Ia berhasil menangkap dua pelaku yang merusak pos lantas di Paciran. "Itu tindakan heroik luar biasa. Tentunya ini bisa menjadi motivasi untuk semua (anggota polisi) agar berbuat lebih baik bagi masyarakat," katanya.
Diusulkan Dapat Penghargaan
Kepolisian Daerah Jawa Timur telah mengajukan agar Bripka Andreas mendapatkan penghargaan dari Kepala Kepolisian RI. Ia dianggap bertugas di luar kemampuannya. Jiwa kepolisiannya dan semangat perjuangannya menangkap pelaku kejahatan, membuatnya bersikeras mengejar pelaku sampai dapat, rasa takutnya hilang.
"Walaupun dalam kondisi luka beliau tetap berusaha berjuang menangkap pelaku. Kalau saja beliau menyerah, kami semua kehilangan jejak," kata Feby.
Feby menjelaskan decara umum kondisi Andreas stabil, baik secara psikis maupun jasmani. Tetapi kondisi fisik matanya mengalami trauma di bagian kornea. "Mudah-mudahan tidak rusak total," ujar Feby berharap.
Sementara itu, pihaknya juga mengikutsertakan istri Eko Ristanto untuk pelimpahan dan pemeriksaan lebih lanjut di Polda Jatim. Tersangka masih di Polda untuk pendalaman dan pengembangan penyidikan termasuk apakah ada hubungannya dengan jaringan (Islam radikal) orang-orang yang masih ada di wilayah lamongan ataupun di wilayah Jawa Timur.
Berdasarkan keterangan dari Eko, ia saling mengenal dengan MSA (16), pada saat kegiatan ibadah di salah satu mushalla di Lamongan. Kurang lebih tiga atau empat bulan mereka kenal. Mereka merasa memiliki satu aqidah yang sama, memiliki satu konsep pemahaman yang sama akhirnya mereka menjadi akrab.
"Karena ada kesamaan itulah akhirnya mereka bekerja sama. Keduanya beberapa kali merencanakan merusak pos lantas. Perencanaannya sekitar tiga bulsn sejak kenal," papar Feby.
Sebelumnya keduanya pernah melakukan hal yang sama terhadap pos lantas di wilayah Lamongan, tapi tidak menyebabkan kerusakan, hanya retak saja. Perusakan itu tidak diketahui polisi, karena pos lantas sedang kosong. "Motif intinya ada pemahaman yang salah, berkaitan dengan keagamaannya mereka," papar Feby.
Aktifkan Siskamling
Bupati Lamongan Fadeli bersama Forpimda Lamongan, tentunya akan mengevaluasi untuk melakukan upaya pencegahan (radikalisme). Jauh-jauh hari sudah ada imbauan kepada warga, apabila mengetahui hal-hal yang dianggap menyimpang, kaitannya dengan pemahaman-pemahaman radikal agar segera diinformasikan segera baik kepada pemerintah daerah, TNI atau kepadai kepolisian.
"Kami telah berkoordinasi dengan tokoh agama yang memang mempunyai rasa memiliki dan memiliki dorongan untuk meluruskan pemahaman yang salah," ujarnya.
Fadeli mengapresiasi langkah heroik Bripka Andreas atas kegigihan dan keberaniannya menangkap pelaku pelemparan pos polisi. Jika ia menyerah karena lukanya, semua pihak bisa kehilangan jejak. Keberaniannya bisa menjadi contoh aparatur negara lainnya.
Ke depan, pemkab mengajak TNI polisi dan pihak keamanan untuk meminimalkan agar kejadian serupa tak terulang lagi. "Pak kapolres dan pak dandim tentunya punya data beberapa desa di wilayah Lamongan masih ada yang semacam ini (aliran radikal). Kami terus berkoordinasi termasuk dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama," kata Fadeli.
Kerjasama dengan TNI/Polri bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat mencegah radikalisme. Kegiatan siskamling dan kewajiban tamu 24 jam agar lapor diaktifkan lagi. "Unsur terbawah hingga RT dan masyarakat diminta agar aktif melapor ke pemerintah daerah, TNI dan Polri jika menemui aktivitas yang mencurigakan," ujar Fadeli.
Sementara Kepala Desa Sedayulawas, Maulan merasa terkejut dengan keterlibatan warganya, MSA (16) dalam penyerangan pos polisi lalulintas di WBL. Lebih mengejutkan lagi, saat digeledah polisi, di kamar MSA ditemukan buku-buku terkait Islam radikal.
"Padahal sebelum kenal Eko, dia bersekolah di sekolah agama dan rajin mengantar jemput adiknya. Tetapi setelah kenal, kok putus sekolah," tutur Maulan