Perkuat Konektivitas Fisik dan Digital untuk Sambut 2045
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar kelima pada 2045. Perdagangan elektronik atau e-dagang menjadi salah satu kekuatan untuk mencapai posisi tersebut. Pembangunan konektivitas digital dan fisik yang saling bersinergi menjadi vital dilakukan di seluruh penjuru Tanah Air.
Pendiri Indonesia Economic Forum, Shoeb Kagda, dalam Indonesia Economic Forum 2018: Promoting Economic and Social Progress, di Jakarta, Rabu (21/11/2018), mengatakan, jumlah pengguna internet aktif di Indonesia perlu untuk terus ditingkatkan. Konektivitas terhadap internet akan meningkatkan jumlah transaksi e-dagang.
Indonesia Economic Forum adalah forum diskusi yang mempertemukan pemerintah, pebisnis, dan akademisi guna membahas isu perekonomian. Pada tahun ini, forum ini membahas agenda yang harus diprioritaskan dalam lima tahun ke depan mengingat Pemilu Presiden 2019 akan segera digelar.
”Namun, tantangan yang muncul pada saat bersamaan adalah biaya konektivitas yang masih tinggi,” kata Shoeb.
Dalam Global Connectivity Index 2018 oleh Huawei, Indonesia menduduki peringkat ke-64, turun satu peringkat dibandingkan tahun 2017.
Adapun wilayah Indonesia yang dinilai tepat untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur fisik dan digital di luar Jakarta dan Pulau Jawa antara lain Makassar, Sulawesi Selatan, dan Palembang, Sumatera Selatan.
Wakil Ketua Umum DPN Apindo Shinta W Kamdani mengatakan, pembangunan infrastruktur fisik perlu menyesuaikan dengan pemetaan potensi ekonomi yang dimiliki setiap daerah. Wilayah yang perlu menjadi perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur fisik adalah kawasan timur Indonesia.
Shinta melanjutkan, untuk konektivitas digital, terdapat satu hal yang perlu agar segera ditingkatkan, yaitu peningkatan jumlah pekerja dan pengembangan keterampilan tenaga kerja. Hal itu karena digitalisasi berarti transaksi ekonomi dilakukan secara cross-border.
”Pasar luar negeri sudah siap masuk ke Indonesia. Tetapi, apakah kita sudah bisa tembus pasar luar negeri?” ujar Shinta.
Pendiri Grup Ancora dan mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menambahkan, Indonesia memiliki sekitar 700 universitas dengan jumlah mahasiswa mencapai satu juta orang.
Tidak hanya kuantitas, kualitas pekerja juga harus ditingkatkan agar kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dapat bersaing dengan negara ASEAN lainnya, seperti Singapura dan Malaysia. Narasi pemerintah saat ini sudah tepat, yakni meningkatkan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk memperkuat pendidikan.
Buka diri
Gita melanjutkan, ketertinggalan SDM Indonesia berada pada tingkat daya saing yang rendah. Oleh karena itu, Indonesia tidak perlu ragu untuk membuka diri terhadap talenta asing yang ingin masuk ke Tanah Air.
”Pemerintah dan pelaku bisnis tidak boleh segan untuk investasi pada bidang riset dan pengembangan,” ucapnya.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyebutkan, Indonesia baru menggunakan 0,1 persen dari produk domestik bruto yang dihasilkan untuk riset dan pengembangan. Fokus riset kebanyakan berkutat di bidang bisnis, pemerintahan, dan universitas.