BOGOR, KOMPAS — Setelah memeriksa saksi dan mengumpulkan sejumlah barang bukti, polisi meringkus MN (35), tersangka pembunuhan mantan pekerja media, Abdullah Fithri Setiawan (43) alias Dufi. Penangkapan MN dilakukan di Kelurahan Bantar Gebang, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/11/2018) sore.
MN tercatat sebagai karyawan swasta yang tinggal Kota Bekasi. Polisi belum memberi penjelasan lebih jauh terkait hubungan Dufi dengan MN. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono membenarkan penangkapan yang dilakukan tim Reserse Mobil Polda Metro Jaya pimpinan Komisaris Handik Zusein.
Saat penangkapan, polisi menemukan telepon genggam dan barang-barang pribadi milik korban. Barang yang dimaksud antara lain kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, kartu anjungan tunai mandiri, dan buku tabungan. Barang-barang ini hilang sesaat setelah Dufi ditemukan tewas.
Sesaat setelah penangkapan polisi membawa tersangka ke Markas Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan berikutnya. Dufi sebelumnya ditemukan tewas dalam tong sampah di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Minggu (18/11/2018). Dufi yang diduga menjadi korban pembunuhan, jenazahnya ditemukan seorang pemulung.
HUMAS POLRES BOGOR
Polisi memeriksa temuan mayat dalam drum plastik sampah berwarna biru di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (18/11/2018). Polisi masih mengumpulkan barang bukti terkait temuan mayat ini.
Proyek iklan
Sebelum tewas, Dufi sedang menggarap sejumlah proyek iklan. Untuk proyek itu, Dufi membutuhkan uang Rp 116 juta. Ibunda korban, Nyonya Ida Hamidah (65), mengatakan, Dufi sebelumnya mohon doa restu agar proyeknya berhasil.
Adapun proyek iklan yang dikerjakan ada di kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, Malang, Solo, Yogyakarta, dan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta. Dufi juga mengatakan telah menyelesaikan tiga proyek dan menyisakan dua proyek di Yogyakarta dan Solo. ”Apa salah anak saya?” kata Hamidah, Senin (19/11/2018).
Ida menyampaikan, anaknya sempat mencari pinjaman Rp 116 juta terkait proyek Dufi di TV Muhammadiyah (tvMu). Dufi juga berusaha meminjam kepada adiknya, Muhammad Ali Ramdhoni (35), untuk mengembangkan bisnis periklanan milik Dufi.
Direktur Utama tvMu Gatot Triyanto tidak tahu tentang kebutuhan uang itu. ”Biasanya kami rapat mingguan bersama direksi pemasaran dan tidak ada pembahasan mengenai hal itu,” kata Gatot.
SHARON UNTUK KOMPAS
Sartika (56), pemulung yang menemukan mayat di dalam drum plastik sampah berwarna biru, di Bogor, Senin (19/11/2018).
Barang hilang
Saat jenazah Dufi ditemukan, celana dan singlet yang dikenakan korban terkoyak. Sementara ponsel, dompet, ransel, dan segala jenis identitas serta kartu-kartu lain hilang. Begitu juga mobil Kijang Innova putih yang diparkir Dufi di Stasiun Rawa Buntu, Tangerang Selatan, Banten, raib.
Jumat (16/11/2018) pagi, Dufi berangkat kerja dengan mobil itu dan diparkir di Stasiun Rawa Buntu sebelum berpindah ke kereta rel listrik.
Nurlailah Qodriaty (48), kakak Dufi, mengatakan, Dufi sempat mengirimkan pesan singkat kepada istrinya, Bayu Yuniarti Hendriani, bahwa ia menuju kantor tvMu Jakarta dengan kereta.
Sales Manager tvMu Maheso Jenar (33) mengatakan sudah membuat janji bertemu dengan Dufi di kantor hari itu. ”Pukul 10.30, saya kirim Whatsapp Mas Dufi, centang dua (sudah diterima) tetapi tidak dibalas. Kami paham artinya dia sakit karena vertigo beliau sering kambuh,” katanya.
Kekhawatiran tentang keberadaan Dufi mulai muncul, Sabtu (17/11/2018). Ali Ramdhoni mengatakan, pesan istri Dufi, Bayu Yuniarti, lewat Whatsapp ke Dufi hanya terkirim, tetapi tidak diterima. Esoknya, polisi memberikan kabar kematian kepada keluarga Dufi.
Dufi memiliki enam anak. Ia pernah kerja di lima kantor perusahaan media kemudian menjadi staf ahli Ketua Dewan Pengawas TVRI. Ia juga menjadi tenaga lepas bidang pemasaran di tvMu.
Terkait kasus ini, polisi memeriksa lima saksi. ”Mereka adalah orang-orang yang melihat Dufi sebelum dan sesudah meninggal,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko. Dari otopsi Rumah Sakit Polri ditemukan luka senjata tajam di sekitar leher, punggung, dan dada korban. (E03/E04/E14/E05/E16)
