Isu suksesi mewarnai dinamika internal keluarga besar Al-Saud pascakasus tewasnya wartawan Jamal Khashoggi. Putra Mahkota Arab Saudi terus mengonsolidasi kekuasaan.
KAIRO, KOMPAS Keluarga besar Al-Saud yang berkuasa di Arab Saudi dilanda dinamika internal menyusul kebijakan kontroversial Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman atau MBS, seperti penangkapan puluhan pangeran pada November 2017 dan kasus tewasnya wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, 2 Oktober lalu.
Dinamika tersebut kini sampai mengarah pada beredarnya berita tentang tarik-menarik kekuasaan di kalangan elite keluarga besar Al-Saud. Mengutip sumber-sumber yang dekat dengan Dewan Istana Kerajaan, kantor berita Reuters, Selasa (20/11/2018), secara mengejutkan memberitakan, sebagian dari elite keluarga Al-Saud saat ini berusaha mencegah MBS naik takhta sebagai raja pasca-wafatnya Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud kelak.
Menurut Reuters, sejumlah pangeran kini sedang mendiskusikan kemungkinan Pangeran Ahmed bin Abdulaziz (76) bisa naik takhta sebagai raja pascawafatnya Raja Salman. Mereka menolak MBS naik takhta sebagai raja berikutnya. Sejumlah pangeran itu mengklaim telah mendapat dukungan anggota keluarga besar Al-Saud lainnya, lembaga keamanan, dan Barat.
Pangeran Ahmed baru kembali ke Riyadh pada 30 Oktober lalu setelah beberapa bulan mengasingkan diri ke London. Ia adalah adik Raja Salman, atau masih paman dari MBS. Ia salah satu pangeran yang mengkritik langkah MBS menangkap puluhan pangeran, November 2017, karena hal itu dinilai melanggar dan menodai tradisi serta kehormatan keluarga besar Al-Saud.
Sebelumnya, Pangeran Ahmed juga kecewa karena tidak dipilih sebagai putra mahkota oleh Raja Salman. Padahal, ia putra langsung Raja Abdulaziz, pendiri Arab Saudi, yang masih hidup dan berhak mewarisi takhta kerajaan sebagai putra mahkota.
Pangeran Ahmed ataupun perwakilannya tidak bisa dimintai komentar oleh Reuters. Begitu pula para pejabat di Riyadh tidak segera merespons permintaan kantor berita itu untuk mendapat komentar terkait isu-isu suksesi.
Dalam pidato tahunan dalam sidang Dewan Shura, Senin lalu, tanpa menyinggung isu suksesi, Raja Salman memuji program reformasi ekonomi yang dicanangkan MBS dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi kaum muda dan mempersiapkan Arab Saudi pasca-era minyak.
Antisipasi MBS
Berita yang dilansir Reuters tentang dinamika internal di keluarga besar Al-Saud memperlihatkan posisi Pangeran Ahmed yang menjadi tarik-menarik di kalangan elite keluarga itu. Pasalnya, seperti dilansir harian Al Quds al Arabi edisi 31 Oktober 2018, MBS meminta bantuan Amerika Serikat dan Inggris agar bisa memulangkan Pangeran Ahmed ke Riyadh. MBS ingin merangkul Pangeran Ahmed untuk memperkuat posisinya menghadapi dinamika internal di keluarga Al-Saud.
Karena itu, MBS menyambut sendiri dengan hangat kedatangan Pangeran Ahmed di bandar udara Riyadh. Pangeran Ahmed bersedia pulang ke Riyadh berkat mediasi oleh Pemerintah AS dan Inggris dengan jaminan keamanan dua negara itu. Manuver ini merupakan antisipasi MBS guna menghadapi dinamika internal keluarga Al-Saud tersebut.
Selain itu, pada 3 November lalu, MBS membebaskan Pangeran Khaled bin Talal (56), yang ditahan sekitar satu tahun dalam penangkapan puluhan pangeran dengan tuduhan korupsi, November 2017. Pangeran Khaled adalah saudara kandung konglomerat Pangeran Waleed bin Talal yang juga ditahan saat itu dan kemudian dibebaskan.
MBS pada 12 November lalu menunjuk Pangeran Waleed sebagai utusan khusus untuk kalangan investor global. Pangeran Ahmed dan Pangeran Waleed kini adalah dua figur elite di lingkungan keluarga besar Al-Saud. Posisi Pangeran Ahmed cukup kuat karena status senioritas sebagai adik langsung Raja Salman yang masih hidup. Hubungan MBS dan Pangeran Waleed ditengarai terus membaik saat ini.