Kedua pasangan calon presiden menjadikan industri pertahanan sebagai salah satu perhatian dalam visi dan misi mereka.
JAKARTA, KOMPAS - Upaya mengembangkan dan meningkatkan industri pertahanan dalam negeri menjadi fokus kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dalam program mereka. Kekuatan industri pertahanan dalam negeri guna memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan tentara dan kepolisian sama-sama menjadi ukuran kedua pasangan capres-cawapres dalam program pertahanan dan keamanan mereka.
Kendati ukurannya sama, terdapat perbedaan diksi dan cara pengungkapan yang dilakukan kedua pasangan calon. Dosen Universitas Pertahanan, Kusnanto Anggoro, antara lain, mencatat diksi yang lebih banyak digunakan pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin ialah ”melanjutkan” dan ”mengembangkan” dalam tema pertahanan dan hubungan luar negeri. Adapun Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sering menggunakan diksi ”meningkatkan” atau ”mempercepat”.
Kusnanto menemukan kecenderungan itu setelah mengkaji ada 7.058 kata yang dipakai dalam visi-misi Jokowi-Ma’ruf dan 3.058 kata dalam visi-misi Prabowo-Sandi.
”Pilihan diksi ini bukan hal yang besar karena ini memang menunjukkan perbedaan insting di antara keduanya. Hal ini pun bisa dipahami karena perbedaan sikap politik mereka, termasuk dalam melihat tema-tema pertahanan dan hubungan luar negeri. Dari segi diksi, pasangan Jokowi-Ma’ruf memiliki spirit progresi dan untuk Prabowo-Sandi spiritnya restorasi,” kata Kusnanto saat menjadi pembicara dalam diskusi berseri dengan tema pemilu, yang kali ini bertajuk ”Arah Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Indonesia 2019-2024: Menimbang Ide dan Gagasan Capres dan Cawapres,” Rabu (21/11/2018), di kantor Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta.
Hadir pula perwakilan dari dua pasangan capres dan cawapres, yakni anggota Komisi I DPR, Meutya Hafid, yang mewakili pasangan Jokowi-Ma’ruf, dan anggota Badan Pemenangan Nasional, Rizal Darma Putra, yang mewakili pasangan Prabowo-Sandi, serta Ketua Departemen Hubungan Internasional CSIS Shafiah F Muhibat.
Menurut Kusnanto, hanya ada sedikit perbedaan program di antara kedua pasangan dalam tema pertahanan dan hubungan luar negeri. Pasangan Jokowi-Ma’ruf, antara lain, terlihat tak menyinggung soal keamanan di daerah konflik. Topik itu di sisi lain mendapatkan perhatian dari Prabowo-Sandi, yakni dengan menawarkan pendekatan ekonomi dan keamanan. Sebaliknya, Prabowo-Sandi tidak menyinggung persoalan intelijen dan diplomasi dalam topik yang sama. Namun, Jokowi-Ma’ruf memberikan perhatian terhadap hal tersebut.
Pendekatan baru
Perbedaan program yang tidak terlalu mencolok di antara kedua kandidat itu, menurut Kusnanto, bukan persoalan sepanjang program-program mereka bisa diimplementasikan dan direalisasikan dalam rencana dan strategi pemerintahan. Selain itu, pendekatan-pendekatan baru harus dilakukan presiden terpilih, antara lain dengan tidak hanya menambah anggaran semata-mata demi meningkatkan pertahanan dan keamanan. Sebab, dari tahun ke tahun penambahan anggaran itu dinilai tidak efektif. Sebagian besar dari anggaran tersebut, yakni 60 persen, habis untuk gaji pegawai.
Meutya mengatakan, Jokowi-Ma’ruf fokus dengan tema pertahanan, yang sebagian telah dibuktikan pada masa kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla. ”Jokowi-Ma’ruf berkomitmen melanjutkan transformasi sistem pertahanan yang modern dan TNI yang profesional. Tidak hanya dalam pembelian alutsista, tetapi juga kesejahteraan anggota TNI,” ujarnya.
Di samping itu, Jokowi-Ma’ruf ingin terus membangun industri pertahanan dalam negeri sehingga benar-benar bisa mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan alutsista TNI/Polri.
Hal yang sama diungkapkan kubu Prabowo-Sandi, yakni mempercepat dan meningkatkan pemenuhan kebutuhan alutsista TNI dan Polri. Di sisi lain, Prabowo-Sandi bertekad meningkatkan anggaran pertahanan setiap tahun.
”Industri pertahanan ini tergolong sebagai industri strategis nasional. Namun, sekarang ini masih banyak berfokus pada upaya merakit komponen, belum meningkatkan riset dan upgrading fasilitas produksi, serta belum merekrut SDM yang mumpuni,” kata Rizal.