JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah akan terus menjaga daya tahan ekonomi baik dari sisi fiskal maupun moneter. Dalam situasi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara yang terus membaik, kepercayaan global terhadap ekonomi Indonesia diharapkan positif.
Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menyampaikan pidaato dalam kesempatan peluncuran Kompas Gramedia (KG) Media di The Ritz-Carlton, Jakarta, Kamis (21/11/2018).
Pemerintah juga telah menempuh langah-langkah menekan defisit transaksi berjalan dengan mengurangi impor, mendorong ekspor dan mandatori biodisesel 20 persen. “Konteks yang sedang jadi fokus di 2019 adalah menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, stabilitasnya juga dijaga,” kata Sri Mulyani.
Pemerintah berkomitmen untuk membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih sehat. Salah satu yang ia perbaiki adalah dari segi penerimaan negara khususnya sektor perpajakan.
Sri Mulyani mengatakan kondisi perekonomian Indonesia kini mulai pulih dari berbagai tekanan eksternal yang melanda. Pertumbuhan ekonomi berhasil dipacu mencapai 5,17 persen pada triwulan III-2018 dan inflasi ditekan di sekitar 3 persen.
Saat ini pemerintah berhasil mendorong penerimaan negara hingga tumbuh 19 persen. Sri Mulyani meyakini, ekonomi Indonesia masih dalam tren pertumbuhan yang positif, di mana pada triwulan III-2018 Produk Domestik Bruto Indonesia tumbuh 5,17 persen.
Sebelumnya, lanjut Sri Mulyani, ekonomi Indonesia mengalami disrupsi, ketika krisis keuangan global yang sempat terjadi pada periode 2008-2009. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh di bawah 4 persen.
“Transformasi kebijakan pemerintah di sisi fiskal dan moneter yang terlihat mustahil berhasil memulihkan perekonomian dan menarik ekonomi Indonesia dari krisis,” ujarnya.