Tujuh Orang Terbunuh di Jabodetabek
Pembunuhan di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi terjadi beruntun. Dalam waktu 15 hari saja, tujuh orang terbunuh di empat peristiwa keji. Polisi menangkap delapan tersangka terkait ini.
BOGOR, KOMPAS Pembunuhan terjadi susul menyusul di bulan November ini di wilayah Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Belum tuntas pengusutan kasus sebelumnya, muncul kasus baru. Dalam rentang waktu 7-21 November, terdapat empat kasus pembunuhan dengan tujuh korban.
Dari semua kasus itu, pelaku diduga kuat mengenali korban sebelumnya. Sejauh ini, polisi telah menetapkan delapan orang tersangka di empat kasus itu. Kasus yang dimaksud pembunuhan sopir taksi daring Jap Son Taw (68) di Kabupaten Tangerang, empat orang dalam satu keluarga di Kota Bekasi, Abdullah Fitri Setiawan (43) alias Dufi di Bogor, dan pemandu lagu CIP (22) di Jakarta Selatan.
Di Jakarta Selatan, polisi mengungkap motif kematian seorang perempuan pemandu lagu berinisial CIP (22). CIP diduga dibunuh temannya berinisial YAP (24) dan NR (17) di kamar kos di Mampang, Jakarta Selatan karena masalah pembagian uang tip. Hal ini disampaikan Kepala Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Indra Jafar, Rabu kemarin, Rabu (21/11/2018).
Polisi menangkap YAP (24) dan NR kurang 24 jam dari waktu penemuan mayat CIP di dalam lemari kamar kos, Selasa (20/11/2018). Hasil penyidikan polisi, CIP diduga memotong uang jatah tip milik NR. Setelah cekcok, CIP dipukul dengan palu di kepala bagian belakang yang menyebabkan korban meninggal. Tersangka lalu menyembunyikan mayat CIP dalam lemari hingga membusuk di kamar kos, Selasa lalu.
”Ada pelanggan karaoke yang menitipkan uang ke CIP. Ketika uang itu diminta salah satu tersangka, ternyata tidak utuh lagi. Namun, ini baru berdasarkan pengakuan,” ujar Indra kepada wartawan, Rabu (21/11/2018).
Penyidikan kasus Dufi
Di Bogor, Kepolisian Resor Bogor enggan memberi keterangan mengenai penyidikan dua orang yang diduga terlibat pembunuhan Abdullah Fithri Setiawan (43) Dufi yaitu MN (35) dan seorang wanita yang belum jelas identitasnya. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bogor Ajun Komisaris Benny Cahyadi menolak memberi keterangan tentang penyidikan MN dan seorang tersangka lain.
Sebelumnya, Selasa (20/11/2018) siang, MN ditangkap tim Sub Direktorat 3 Reserse Mobil Polda Metro Jaya, di Bantar Gebang, Kota Bekasi. Menurut keterangan yang dihimpun dari polisi, Dufi dibunuh di rumah kontrakan di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Sabtu (17/11/2018) siang.
Jenazah Dufi yang dimasukkan ke dalam sebuah tong sampah ditemukan seorang pemulung, Sartika (56), di kawasan industri Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Sabtu (18/11/2018) pagi.
Saat menangkap MN, kepolisian berhasil menemukan kartu-kartu identitas dan anjungan tunai mandiri (ATM), ponsel, serta tas dan buku tabungan milik Dufi. Kepolisian belum mengungkap motif MN dalam pembunuhan tersebut.
Sebelumnya psikolog forensik Kasandra Putranto berpendapat 80-90 persen pembunuhan dilakukan pelaku yang kenal dengan korban. Pembunuhan kebanyakan dilakukan orang yang dikenal korban dengan motif ekonomi, asmara, atau dendam, Kompas, Minggu (18/11/2018).
Tidak kenal
Meski begitu, keluarga dan rekan kerja Dufi mengaku tidak kenal MN, tersangka pelaku pembunuhan terhadap pekerja pemasaran di TV Muhammadiyah (tvMu) itu. MN (35) ditangkap di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/11/2018) siang.
Saat digeledah, polisi menemukan barang korban seperti telepon seluler, kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, dan buku tabungan. ”Kami tidak mengenal tersangka, baik istri maupun keluarga almarhum,” kata Muhammad Ali Ramdhani, adik korban.
Sementara itu, rekan kerja Dufi di tvMu, Maheso Jenar mengaku belum pernah bertemu atau mendengar nama tersangka MN. ”Sama sekali tidak kenal. Justru saya baru lihat wajahnya dari media-media daring tadi pagi,” kata Maheso.
Di Bekasi, polisi menggelar rekonstrusi kasus pembunuhan empat orang dalam satu keluarga dengan tersangka HS (23). HS menghabisi nyawa Diperum Nainggolan (38), Maya Ambarita (37), Sarah Nainggolan (9), dan Arya Nainggolan (7). Selasa (13/11/2018) dinihari, HS membunuh satu keluarga di Pondok Melati, Kota Bekasi.
Kepala Polres Metro Bekasi Kota Komisaris Besar Indarto mengatakan rekonstruksi itu menguatkan bukti yang dihimpun penyidik. Rekonstruksi dilakukan di rumah Daperum dan keluarga di Kecamatan Pondok Melati, rumah indekos HS di Cikarang Barat, klinik Seruni Husada di Cikarang Utara.
Pemicu
Pada rekonstruksi kemarin, tersangka HS memeragakan reka ulang terdiri dari 62 adegan, 37 adegan di antaranya di rumah korban. Saat rekonstruksi, HS membunuh keluarga Daperum dan Maya karena sakit hati. Dalam sebuah percakapan pada Senin (12/11/2018) malam, ia tersinggung pada kata-kata Daperum.
“Ia sempat disebut sampah,” kata Indarto. Sebutan itu merujuk pada status HS sebagai pengangguran. Kata-kata itu mendorong HS membunuh Diperum sekeluarga. HS menghabisi Daperum dan Maya di ruang televisi dengan menggunakan linggis. Sementara dua anak Diperum dengan cara mencekik mereka.
Usai membunuh, HS kabur membawa kunci pagar, mobil Nissan X-Trail, dan linggis yang ia gunakan untuk membunuh. Tidak hanya itu, ia pun membawa uang Rp 2 juta dan empat ponsel milik korban.
Selama pelarian, ia sempat kembali ke indekosnya di Cikarang Barat lalu mengobati tangan yang terluka di sebuah klinik. Ia berusaha mengecoh polisi dengan menitipkan mobil di rumah indekos lain di Cikarang Utara lalu pergi ke Gunung Guntur, Jawa Barat. Namun, jejaknya berhasil ditebak tim pemburu. Polisi pun menangkap HS di Gunung Guntur setelah mendapat informasi warga. Usai rekonstruksi, polisi melakukan gelar perkara sebelum melimpahkan kasus ke kejaksaan. (WAD/RTS/NIA/DEA/E03/E04)