Kultus Individu dan Ancamannya di Korea Selatan
Meskipun Korea Selatan mengalami kemajuan pesat secara ekonomi dan teknologi, ternyata kelompok atau sekte-sekte yang mengultuskan seseorang tetap tumbuh subur di Korsel. Bahkan, pengikut sekte itu bisa mencapai ratusan ribu orang dan menganggap pemimpin sekte sebagai dewa atau tuhan.
Seorang pemimpin sekte di Korsel, Pendeta Lee Jaerock, Kamis (22/11/2018), dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun karena terbukti melakukan pemerkosaan pada delapan perempuan yang menjadi pengikut sekte yang dipimpinnya.
Menurut Hakim Chung Moon-sung di Pengadilan Distrik Pusat Seoul, Korsel, para korban Lee tersebut tidak dapat menolak karena mereka tunduk pada otoritas agama secara mutlak. Beberapa di antara perempuan itu bahkan percaya bahwa Pendeta Lee adalah tuhan.
Sebanyak 44 persen warga Korsel mengidentifikasi diri mereka sebagai orang yang percaya pada kelompok-kelompok atau sekte-sekte yang tersebar luas di Korsel yang berteknologi maju.
Sebagian besar warga Korsel percaya pada gereja arus utama yang mendapat sumbangan dari puluhan ribu pengikut yang menyumbangkan 10 persen dari pendapatan mereka. Namun, kelompok pinggiran juga tersebar luas. Para pakar menyatakan bahwa ada sekitar 60 orang di Korsel yang mengklaim dirinya sebagai dewa atau tuhan, bahkan beberapa orang di antaranya terlibat dalam penipuan, pencucian otak, dan pemaksaan.
Tuduhan
Lee Jaerock mendirikan Manmin Central Church di Guro yang dulu merupakan daerah miskin di Seoul dan hanya memiliki 12 pengikut pada tahun 1982. Saat ini sekte itu telah berkembang dan memiliki 130.000 pengikut. Mereka mempunyai auditorium lengkap dengan lampu-lampu sorot, kantor pusat yang besar, dan memiliki laman situs yang berisi mukjizat penyembuhan.
Namun, tiga pengikut Lee muncul di publik awal tahun ini dan membuat pengakuan mengejutkan.
”Saya tidak bisa menolaknya,” kata salah seorang dari pengikutnya pada stasiun televisi Korsel. ”Dia lebih dari seorang raja. Dia adalah tuhan,” kata perempuan yang telah menjadi anggota sekte Lee sejak kecil.
Ketika hendak memerkosa, Lee mengatakan kepada korbannya bahwa dia sekarang ini ada di surga dan karena itu perlu menelanjangi diri seperti Adam dan Hawa di Taman Eden. ”Saya menangis ketika itu karena saya benci melakukannya,” kata perempuan itu pada televisi JTBC.
Korsel pun dihebohkan dengan tuduhan pemerkosaan yang dilakukan oleh Lee hingga muncul tagar #MeToo.
Delapan perempuan mengajukan tuntutan pidana. Pengadilan mendapatkan bukti bahwa Lee memerkosa dan mencabuli mereka puluhan kali dalam waktu yang lama.
”Melalui khotbahnya, terdakwa secara tidak langsung atau langsung menyatakan bahwa dia adalah roh suci, mendewakan dirinya sendiri,” kata hakim. Para korban percaya bahwa Lee menjadi ”makhluk ilahi yang memiliki kekuatan suci”.
Lee berdiri dengan mata tertutup saat hukuman dibacakan. Dia sama sekali tidak menunjukkan emosi. Pria berusia 75 tahun itu membantah tuduhan pemerkosaan tersebut dan pengacaranya justru menuduh para perempuan itu berbohong untuk membalas dendam setelah dikucilkan karena melanggar peraturan gereja.
Sekitar 100 pengikut Lee memenuhi ruang sidang. Namun, banyak mantan pengikutnya mengecam Lee di luar ruang sidang. ”The Manmin Central Church menyembah Pendeta Lee Jaerock,” kata Kim Yu-sun, yang menjadi anggota sekte tersebut selama 20 tahun. ”Sekarang saya pindah ke gereja yang berbeda. Saya menyembah Yesus dan berdoa kepada Tuhan. Saya sekarang bahagia,” kata Kim.
Lahan subur
Korea Selatan telah terbukti menjadi lahan subur bagi kelompok-kelompok agama dengan ideologi yang menawarkan kenyamanan dan keselamatan. Ini menjadi sangat menarik bagi warga Korsel selama masa ketidakpastian.
Versi yang lebih baru mengklaim pengetahuan unik mengenai jalan menuju kemakmuran material dan spiritual. Pesan ini yang bergema dalam masyarakat Korsel yang sangat kompetitif dan berfokus pada status.
Menurut survei Pemerintah Korsel pada tahun 2015, sebanyak 28 persen warga Korsel mengatakan bahwa mereka adalah jemaat gereja-gereja Kristen, sedangkan 16 persen lainnya menyatakan bahwa mereka adalah umat Buddha.
Namun, menurut Park Hyung-Tak, Kepala Institut Penelitian Kristen Korea, sekitar 2 juta orang adalah pengikut aliran sesat. ”Ada sekitar 60 pemimpin kultus berbasis Kristen di negara ini yang mengklaim sebagai Yesus Kristus yang datang untuk kedua kalinya atau mengklaim sebagai Tuhan,” katanya.
”Banyak kultus menunjuk ke megachurches yang terperosok dalam korupsi dan skandal lainnya guna menyorot kemurnian mereka sendiri dan menarik orang-orang percaya,” katanya.
Di laman pribadinya, Lee mengatakan bahwa Tuhan telah ”mengurapi saya dengan kuasa-Nya”. Namun, Manmin Central Church telah dikecam sebagai sekte sesat oleh organisasi Kristen arus utama, sebagian karena klaimnya akan mukjizat penyembuhan.
Dalam salah satu contoh di laman situs itu, diceritakan tentang Barbara Vollath, warga Jerman berusia 49 tahun, yang mengatakan bahwa dia terlahir tuli, tetapi kanker tulangnya sembuh dan kemudian kedua telinganya bisa mendengar setelah putri Lee dan pewarisnya, Lee Soojin, mendoakan Vollath dengan menggunakan sapu tangan yang telah diberkati oleh Lee.
Korban jiwa
Pengultusan di Korsel bahkan membawa kematian. Pada tahun 1987, sebanyak 32 anggota kelompok apokaliptik yang disebut Odaeyang ditemukan tewas di markas mereka karena melakukan bunuh diri, termasuk pemimpin mereka yang sedang diselidiki polisi karena kasus penggelapan.
Kelompok-kelompok atau sekte-sekte ini bahkan dapat memengaruhi kekuasaan tertinggi di Korsel. Choi Soon-sil, perempuan yang menjadi pusat skandal korupsi dan menjatuhkan mantan Presiden Korsel Park Geun-hye yang merupakan teman dekatnya, adalah putri pemimpin agama Choi Tae-min.
Choi Tae-min menjadi mentor spiritual Park setelah mendirikan gerejanya sendiri, Yeongsegyo (Spiritual Life), yang menggabungkan ajaran agama Buddha, Kristen, dan perdukunan. (AFP)