Perluasan Angkutan Udara Perintis Buka Akses Daerah Terpencil dan Tertinggal
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jaringan angkutan udara perintis nasional perlu ditingkatkan, terutama angkutan udara perintis penumpang. Dampak positif diyakini akan dirasakan masyarakat daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan karena terbukanya aksesibilitas sehingga turut meningkatkan stabilitas ekonomi, pertahanan, dan keamanan negara.
Data Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perhubungan menunjukkan, kinerja penyelenggaraan angkutan udara perintis penumpang dalam tujuh tahun terakhir masih membutuhkan peningkatan. Capaian realisasi penumpang yang diangkut dari tahun 2011 hingga 2017 berkisar antara 55 persen dan 77 persen. Sementara capaian realisasi frekuensi penerbangan perintis penumpang berkisar 77 persen hingga 97 persen.
Pada 2013 terdapat 138 rute yang dilayani dan meningkat pada 2016. Namun, pada 2017, jumlah rute yang dilayani malah menurun, dari 209 rute menjadi 188 rute.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan M Alwi mengatakan, melihat kondisi tersebut, muncul rekomendasi untuk menambah rute penerbangan.
”Rute penerbangan akan ditingkatkan menjadi rute komersial dengan mempertimbangkan aspek potensi ekonomi wilayah, permintaan penumpang (85 persen-100 persen), jumlah penduduk yang dilayani, dukungan dan prasarana bandara, aksesibilitas dan ketersediaan moda lain, dan terpenuhinya target jumlah penumpang,” kata Alwi dalam diskusi bertopik ”Pelaksanaan Angkutan Udara Perintis Penumpang”, Jumat (23/11/2018), di Jakarta.
Tingkatkan perekonomian daerah
Ia menambahkan, perekonomian dan taraf hidup masyarakat daerah akan meningkat sejalan dengan peningkatan angkutan udara perintis penumpang. Hal tersebut tidak lepas karena terbukanya aksesibilitas serta penghubung daerah terpencil dan pedalaman yang belum terhubung oleh moda transportasi lain.
Dua belas rute yang direkomendasikan adalah Banda Aceh-Nagan Raya; Sinabang-Nagan Raya; Banda Aceh-Kutacane; Palangkaraya-Muara Teweh; Palangkaraya-Puruk Cahu; Masamba-Seko; Waingapu-Ruteng; Merauke-Ewer; Sorong-Inanwatan; Sorong-Teminabuan; Sorong-Werur; dan Timika-Dekai.
Sementara itu, Kepala Bidang Tata Ruang dan Infrastruktur Konektivitas Antarmoda Kementerian Koordinator Kemaritiman Balkis Kusumawati mengatakan, penyelenggaraan angkutan perintis harus mampu menggerakkan ekonomi daerah.
Dengan demikian, konektivitas antardaerah menjadi lancar, tidak hanya membawa barang ke daerah terpencil dan pedalaman, tetapi juga mengangkut balik barang-barang yang dihasilkan daerah tersebut ke daerah lain di seluruh Tanah Air. Diharapkan ada penurunan subsidi menjadi angkutan komersial seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Alwi menambahkan, rute penerbangan perintis ke daerah terpencil, terluar, dan perbatasan disubsidi pemerintah. Oleh karena itu, ada 10 rute perintis yang direkomendasikan untuk dihentikan dengan pertimbangan ketersediaan infrastruktur darat telah dibangun. Selain itu, persentase realisasi frekuensi dan penumpang tahun 2017 dan 2018 rendah.
”Nantinya penghentian 10 rute akan diusulkan kepada Menteri Perhubungan Budi Karya. Jadi alokasi subsidi akan dialihkan ke lokasi penerbangan perintis lainnya. Pemerintah akan mengalokasikan anggaran Rp 400 miliar per tahun untuk subsidi harga tiket pesawat perintis kepada rakyat,” kata Alwi.
Rute yang direkomendasikan untuk dihentikan penerbangan perintisnya adalah Nagan Raya-Singkil; Banda Aceh-Blangpidie; Blangpidie-Sinabang; Medan-Tapak Tuan; Medan-Blangpidie; Medan-Gayo luwes; Banda Aceh-Gayo luwes; Sangata-Balik Papan; Palangkaraya-Kuala Pambuang; dan Kambuaya-Sorong. (AGUIDO ADRI)