Arab Saudi berkeras Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman tidak terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi. Putra Mahkota tidak boleh dikritik atau dikaitkan dengan kasus itu.
RIYADH, KAMIS Arab Saudi memperingatkan pihak mana pun untuk tidak mengaitkan pembunuhan wartawan senior Jamal Khashoggi dengan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman. Peringatan tersebut dikeluarkan di tengah gencarnya tuntutan berbagai pihak agar Pangeran Mohammed ikut bertanggung jawab dalam kasus itu.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengingatkan, kritik terhadap putra mahkota telah melanggar batas. Tidak ada toleransi terhadap permintaan agar putra mahkota ikut dimintai pertanggungjawaban dalam kasus Khashoggi. ”Di Arab Saudi, penguasa kami adalah hal yang tidak boleh dilanggar,” ujarnya, Rabu (21/11/2018).
”Mereka mewakili rakyat Saudi dan setiap rakyat Saudi mewakili mereka. Kami tidak akan menoleransi diskusi apa pun yang meremehkan raja atau putra mahkota,” ujar Jubeir.
Peringatan itu adalah sikap terbaru Riyadh soal pembunuhan Khashoggi. Awalnya, Riyadh menyangkal adanya pembunuhan jurnalis yang tinggal di AS itu. Belakangan, Riyadh mengakui Khashoggi dibunuh di kantor konsulat Saudi di Istanbul, 2 Oktober lalu. Pengakuan itu diikuti dengan penangkapan 21 orang oleh penyidik kasus Saudi.
Tudingan berlanjut
Penangkapan itu tidak memuaskan banyak pihak yang menduga ada yang masih ditutupi dari kasus itu. Bahkan, sejumlah pihak menyebut putra mahkota terlibat dalam kasus itu.
Tudingan itu antara lain diungkap laman berita Turki, Hurriyet. Dalam tulisan kolomnya, Kamis (22/11), jurnalis Hurriyet, Abdulkadir Selvi, menulis laporan soal bukti yang dimiliki Badan Pusat Intelijen AS (CIA) dalam kasus itu.
Selvi menyebut, Direktur CIA Gina Haspel mengindikasikan kepada pejabat Turki bahwa CIA memiliki rekaman percakapan telepon antara putra mahkota dan saudaranya, yang juga Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Pangeran Khalid bin Salman. ”Dikatakan, putra mahkota memberi perintah untuk ’membungkam Jamal Khashoggi secepat mungkin’, dalam telepon yang dipantau badan AS itu,” kata Selvi.
Dugaan CIA mempunyai bukti keterlibatan putra mahkota tidak menggoyahkan pendapat Presiden AS Donald Trump soal Riyadh. Trump berkeras tidak akan ada sanksi atau pengucilan terhadap Riyadh.
Bahkan, Trump kembali menegaskan, Arab Saudi adalah sekutu penting. Kali ini alasannya, Riyadh membantu menekan harga minyak. ”Harga minyak terus turun, seperti potongan pajak besar bagi AS dan dunia. Nikmati, 54 dollar AS (per barel), sebelumnya 82 dollar AS. Terima Kasih Saudi,” tulisnya di Twitter.
Desakan Eropa
Sebaliknya, Eropa menunjukkan sikap berbeda. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini kembali meminta hukuman bagi setiap orang yang terlibat dalam kasus Khashoggi. ”Permintaan penyelidikan kredibel dan transparan untuk pertanggungjawaban bukanlah balas dendam. Kami selalu menolak hukuman mati. Namun, kami berharap, sejalan dengan prinsip kami, nilai, praktik peradilan yang transparan dan adil diberlakukan sepenuhnya,” katanya di Ankara, Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pernah meminta penerapan hukum Saudi secara utuh dalam kasus Khashoggi. Di Arab Saudi, pembunuhan dapat dijatuhi hukuman mati.
Secara terpisah, Denmark menyusul Jerman dan Austria dengan menunda ekspor persenjataan ke Saudi. Penundaan itu dinyatakan terkait pembunuhan Khashoggi dan keterlibatan Saudi dalam perang di Yaman. Penundaan itu berlaku untuk rencana ekspor baru. Ekspor yang sudah disetujui tak ditunda. ”Terkait keadaan yang terus memburuk di Yaman dan pembunuhan jurnalis Saudi, Khashoggi, kita kini dalam situasi berbeda,” kata Menlu Denmark Anders Samuelsen. (AFP/REUTERS/RAZ)