SIAL Interfood 2018, Icip-icip Sembari Mencari Peluang
Oleh
Agnes Rita Sulistyawaty
·4 menit baca
Salah satu acara yang menarik di akhir pekan ini adalah Pameran Makanan Internasional SIAL Interfood 2018. Pameran ini mengundang antusiasme dari berbagai kalangan. Bukan hanya bagi pelaku industri makanan, melainkan juga penikmat. Pameran yang merupakan kolaborasi Pemerintah Indonesia dengan SIAL Group ini merepresentasikan pasar di ASEAN.
Diikuti sekitar 1.000 peserta dari 27 negara, SIAL Interfood memberikan kesempatan pelaku industri melebarkan usahanya ke ranah ekspor. Berbagai makanan khas negara peserta pameran, seperti Korea, China, Belanda, Italia, Indonesia, dan beberapa lainnya dipamerkan. Mulai dari makanan ringan hingga makanan berat. Pengunjung juga bisa menyaksikan langsung proses memasaknya.
SIAL Interfood Jakarta kedua kali ini berlangsung dari 21 November sampai 24 November 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Acara ini melibatkan para eksportir hasil produk pertanian dan pangan. Pameran makanan berskala besar ini didukung oleh Pemerintah Indonesia yang berkolaborasi dengan SIAL Group sejak 2015. Produk yang dipamerkan mulai dari makanan olahan hingga alat pengolah makanan.
Supriyati (43), salah satu pengunjung, menyambut dengan antusias pameran tersebut. Warga asal Depok, Jawa Barat, tersebut mempunyai bisnis kue dan datang untuk mencari bahan-bahan kue terbaru. Ia datang bersama seorang temannya, Diana Kusuma (44), yang juga mempunyai usaha dalam bidang makanan.
”Ke sini memang mencari varian bahan kue dengan rasa dan pewarna terbaru. Bumbu-bumbu saus ingin dicoba juga,” kata Supriyati saat ditemui di Hall B JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (21/11/2018).
Antusiasme juga ditunjukkan oleh pengunjung Syifa Khairunnisa (19) yang datang dari Bandung, Jabar, khusus ke pameran makanan SIAL Interfood 2018 tersebut. ”Awalnya ngincer makanan dari Korea, tetapi setelah datang, banyak makanan dari negara lain yang menarik untuk dicoba,” katanya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Citra Aulia (24). Acara tersebut melebihi ekspektasinya karena ternyata banyak makanan dan bumbu yang bervarian rasa. ”Stan-stannya menarik dan ramai,” katanya.
Peluang ekspor UMKM
Hermalia (43), salah satu pelaku industri makanan olahan, yaitu bawang goreng ”Gari-Gari”, menyambut dengan semangat acara SIAL Interfood 2018. Selama tiga setengah tahun ini, ia menjalani bisnis camilan bawang goreng dengan beberapa varian rasa, seperti teri, cabai rawit, dan orisinal.
”Kami buat bawang goreng itu menjadi cemilan, bukan hanya sebagai pelengkap makanan,” ujar Lia, panggilan akrab Hermalia.
Usaha Lia yang bernaung dalam Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mendapat kesempatan untuk ikut dalam pameran sehingga membuka peluang kerjasama untuk melebarkan usahanya.
Tahun ini adalah kedua kalinya ia mengikuti SIAL Interfood. Lia berharap dengan adanya acara-acara pameran makanan seperti SIAL Interfood, UKM bisa lebih maju, bukan hanya domestik, melainkan bisa ekspor ke luar.
Manfaat yang dirasakan oleh Lia dari pameran makanan bagi usahanya adalah semakin banyak reseller. Selain itu, produknya juga mulai bisa masuk ke pembeli dari supermarket. ”Karena memang cita-cita kami bisa ekspor,” katanya.
Sementara itu, Menteri Pertanian, Pangan, dan Urusan Perdesaan Korea atau MAFRA Lee Gae Ho, dalam siaran pers, menjelaskan, secara khusus, Agro Trade Center (AT) akan membagikan informasi tentang perusahaan eksportir yang berpartisipasi dalam pameran kepada sekitar 90 perusahaan pembeli melalui business matching-service. Dengan demikian, para eksportir bisa secara sistematis dan aktif menjangkau pasar Indonesia.
Chief Representative Korea Agro Trade Center (AT) Nam Taekhon menjelaskan, SIAL Interfood menjadi strategi yang bagus untuk menembus pangsa pasar kuliner dari sejumlah negara. Korea menyambut baik kesempatan ini.
Sebagai perusahaan di bawah Kementerian Pertanian, Pangan, dan Urusan Perdesaan Korea atau MAFRA, Nam Taekhong berharap dengan adanya acara tersebut makanan Korea bisa lebih populer. Belakangan ini banyak kaum muda Indonesia yang berminat terhadap makanan Korea. Untuk itu, segmen pasar yang dituju selain kaum milenial juga bisa menyasar konsumen kisaran usia 20 tahun hingga 30 tahun.
Produk kuliner yang menjadi fokus promosinya adalah makanan pinggir jalan khas Korea. Rasa manis dan pedas dari jajanan tersebut tidak jauh dengan selera lidah orang Indonesia, seperti teokppoki dengan rasa pedas manis, kimchi yang sesuai dimakan dengan nasi goreng dan mi goreng. Selain itu, juga ginseng baik untuk daya tahan tubuh dan bisa dikonsumsi semua usia.
”Semua bahan makanan yang kami jual tentu saja halal sehingga bisa dinikmati siapa saja,” katanya. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)