logo Kompas.id
UtamaMeruwat Politik
Iklan

Meruwat Politik

Oleh
M Subhan SD
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/doAYdesm8xaMHQ1opAsdJRP3kPE=/1024x1074/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F11%2Fsubhansd-1.jpg
HANDINING

M Subhan SD, wartawan senior Kompas

Merawat demokrasi tak kalah sulit kala membangunnya. Dalam perjalanan 20 tahun pascareformasi 1998, demokrasi belum benar-benar terkonsolidasi. Demokrasi seperti ayunan, diombang-ambing pengayunannya. Banyak elite politik mendapat berkah dari demokrasi, tetapi berapa banyak dari mereka yang benar-benar memperlihatkan aksi memperkokoh demokrasi sebagai alat membangun negara-bangsa dan menyejahterakan rakyat. Sebaliknya, justru tak malu-malu mempertontonkan sepak terjang yang memperalat demokrasi untuk perburuan kekuasaan semata.

Seandainya tiada sistem demokrasi seperti sekarang ini, peluang banyak orang saat pemilihan langsung tak begitu besar. Walaupun masih banyak praktik oligarki, demokrasi jauh lebih banyak memberi ruang partisipasi publik ketimbang sistem otoritarian. Di zaman Soekarno juga ada demokrasi terpimpin (guided democracy). Di zaman Soeharto, ada demokrasi Pancasila. Namun, demokrasi lebih tampak sebagai jargon dan alat kekuasaan. Lebih tepat barangkali demokrasi pura-pura (pseudo-democracy) atau berpura-pura ada demokrasi. Institusi politik dan penyelenggaraan pemilu dilakukan untuk menunjukkan praktik demokrasi, tetapi sebetulnya yang dijalankan praktik-praktik otoritarian. Istilah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang kemudian menjadi presiden ke-4 RI di era pascareformasi, itu adalah ”demokrasi seolah-olah”.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000