”Hari Ini, Saya Anies Baswedan Saja”
”Malam ini, jangan panggil saya Pak Gubernur-lah. Hari ini, kita bukan gubernur, hari ini saya Anies Baswedan saja,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Untuk sejenak, ia menanggalkan profesi demi komunikasi lebih personal dengan para wartawan yang sehari-hari bertugas di Balai Kota DKI Jakarta.
Profesi memang kerap kali menjadi sekat bagi orang-orang untuk saling mengenal lebih personal. Sebagai Gubernur DKI Jakarta, kata Anies, orang-orang yang berkomunikasi dengannya cenderung lebih banyak berbicara soal Ibu Kota.
”Profesi itu seperti dokter itu. Jadi, orang-orang kalau tahu, jadi orang sakit semua. Semua tanya soal sakitnya apa, obatnya gimana,” katanya, Jumat (23/11/2018).
Bertempat di Bumi Gumati Convention Resort, Jalan Desa Sukaraja, Bogor, Jawa Barat, gathering dengan wartawan Balai Kota DKI Jakarta berlangsung santai. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberangkatkan dua bus diisi sekitar 70 wartawan Jakarta untuk makan malam dengan Anies.
Anies langsung berangkat ke lokasi dari pertemuan dengan PT Transjakarta di Cawang, Jakarta Timur. Ia mengenakan kaus, sama dengan kebanyakan wartawan.
Ketua Koordinator Wartawan Balai Kota Marula Sardi mengatakan, acara untuk bersenang-senang dan mendekatkan komunikasi dengan orang pertama di DKI itu. ”Kalau selama ini ada protokoler, hari ini bisa disingkirkan dulu,” katanya.
Setelah sambutan, acara ini dengan cepat berubah menjadi ajang curhat wartawan.
Para wartawan Balai Kota DKI Jakarta dibuat cukup repot dengan Anies yang hobi tinjauan mendadak tanpa jadwal. Ia juga terhitung paling jarang memberikan wawancara dibandingkan dengan gubernur-gubernur sebelumnya.
Dias Saraswati (25) dari CNN Indonesia mempertanyakan kegiatan Anies yang kerap tak ada di agenda, tetapi mendadak diunggah di media sosialnya. Hal ini membuat mereka ditanya kantor mengenai kegiatan itu.
Fajri (25) dari Kumparan meminta adanya jumpa pers rutin dengan Gubernur DKI Jakarta. Setidaknya sepekan sekali di satu hari yang sudah ditentukan. ”Dengan demikian, kami bisa bertanya soal kebijakan publik yang sedang berkembang,” katanya.
Anies menuturkan, soal peninjauan dadakan memang kerap impromptu yang mendadak sekali terpikirkan. ”Seperti tadi dari Transjakarta, saya langsung mampir ke Cipinang Melayu karena masih ada waktu. Ada juga waktu saya malam-malam mau cek Damkar,” katanya.
Banyak juga kegiatan dadakan lain yang tak masuk Instagram. Alasannya salah satunya untuk tidak mempermalukan orang. ”Sebab, sering kali ketemu petugas yang lengah atau tidak tertib. Tetapi, saya tidak ingin mempermalukan di depan publik di media, cukup diingatkan saja,” kata Anies.
Malam itu, Anies juga menjanjikan jumpa pers rutin kepada wartawan. Waktu shalat Ashar dinilai waktu paling tepat untuk itu.
Namun, ia juga meminta pertanyaan didaftarkan sebelumnya kepada staf Humas sehingga ia bisa persiapkan jawaban. ”Terus terang saya tak hafal semua data karena sangat banyak. Jadi, ada daftar pertanyaan itu sangat membantu siapkan jawaban. Ujian saja ada kisi-kisinya, kan,” kata Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Anies termasuk Gubernur DKI Jakarta yang paling irit bicara kepada wartawan selama 10 tahun terakhir. Sebagai bandingan, saat Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Sumarsono menjabat Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta, ia bisa memberikan pernyataan hingga sehari setidaknya tiga kali guna menjelaskan sejumlah kebijakan. Demikian juga gubernur-gubernur sebelumnya yang tak berkeberatan dicegat wartawan setiap selesai rapat.
Anies terlihat lebih terbuka kepada para wartawan di acara makan malam itu. Ia bahkan masih bersedia bercakap-cakap santai dengan sejumlah wartawan tentang isu reklamasi dan transportasi Jakarta setelahnya.
Makan malam itu ditutup dengan foto-foto bersama. Setelah itu, Anies kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta dan para wartawan kembali jadi wartawan. Kesejukan dari Sentul itu diharapkan sampai ke Jakarta.