JAKARTA, KOMPAS - Menjelang pengoperasian Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta, Maret 2019, Pemprov DKI menyiapkan integrasi moda angkutan antara MRT dan Transjakarta. Untuk keperluan integrasi itu, koridor I Transjakarta direncanakan dimodifikasi.
Demikian terungkap dari penjelasan Sigit Wijatmoko, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Jumat (23/11/2018) usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tentang studi integrasi transportasi antarmoda PT Transportasi Jakarta dengan PT MRT Jakarta.
Dijelaskan Sigit, integrasi itu nantinya tidak akan bicara tentang mematikan atau menghapus koridor 1 Blok M - Kota. Namun bagaimana koridor 1 Transjakarta yang berhimpitan dengan fase I koridor selatan - utara MRT Jakarta dari Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia bisa saling melengkapi.
"Artinya nanti ada feeding system atau sistem pengumpan," ujar Sigit.
Sistem itu dipilih dengan alur, Transjakarta yang merupakan angkutan umum berbasis jalan (BRT) dan sudah beroperasi sejak lama dengan jaringan yang sudah luas akan mengumpan penumpang ke MRT. Itu dilakukan karena MRT Jakarta yang merupakan angkutan umum berbasis rel, saat beroperasi nanti merupakan angkutan yang masih sepotong, belum melayani dari titik awal ke titik akhir (end to end). Adapun potensi keterangkutan penumpang sesuai survey 2017 adalah 134.000 penumpang per hari.
Potensi Transjakarta khususnya koridor 1 akan berperan penting dalam mengumpan penumpang bagi MRT Jakarta. Sebagai koridor Transjakarta tertua dari 13 koridor yang saat ini dilayani, ada 27 rute non BRT yang dikembangkan dari layanan koridor 1.
Dengan rute yang berkembang banyak itu koridor 1 menyumbang 60-70 persen dari total penumpang harian Transjakarta. Catatan Transjakarta menyebutkan saat ini total penumpang angkutan umum berbasis jalan ini antara 650.000 - 660.000 penumpang per hari.
Dengan sistem pengumpan dan potensi penumpang dari koridor 1, lanjut Sigit, nantinya akan ada modifikasi rute di koridor 1. Modifikasi itu berbentuk variasi rute layanan yang hanya akan melayani penumpang sampai di halte-halte tertentu lalu disambung dengan MRT.
Misalnya layanan Transjakarta koridor 1 dari Blok M hanya sampai halte Dukuh Atas atau Tosari sehingga penumpang bisa lanjut dengan MRT.
Untuk bisa menjadikan layanan itu, MoU tentang studi integrasi dua moda berbeda itu dilakukan. Adapun hasil dari studi integrasi yang dibiayai oleh Transjakarta dan MRT, ditargetkan selesai dalam dua bulan ini.
William P. Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta dalam acara tersebut menjelaskan untuk studi tersebut, nanti MRT Jakarta juga akan melibatkan ahli-ahli transportasi.
Sementara Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta berharap dengan integrasi tersebut akan memudahkan penumpang. Diharapkan dalam 500 meter bisa mendapatkan kemudahan angkutan.