Amazon baru saja memilih dua kota tambahan untuk kantor pusatnya setelah Seattle di Negara Bagian Washington. Kota yang dipilih adalah Long Island di New York dan Arlington di Northern Virginia. Salah satu alasan pemilihan kedua kota itu adalah ketersedian talenta-talenta unggul yang akan mengisi sejumlah posisi di kedua kantor pusat baru itu di samping berbagai alasan strategis lain. Apakah kota-kota di Indonesia siap menjadi kota dengan talenta berlimpah?
Pilihan Amazon cukup mengejutkan beberapa kalangan. Mereka menduga-duga alasan perusahaan teknologi itu memilih kedua kota itu. Dari berbagai analisis, mereka selalu menyebut ketersediaan talenta yang bakal mengerjakan berbagai bidang di tempat baru itu. Di Long Island mereka akan menjangkau kota bisnis New York. Di Arlington mereka akan meningkatkan komunikasi dengan Gedung Putih karena belakangan masalah politik mulai mengena perusahaan-perusahaan teknologi.
Banyak perusahaan teknologi memburu talenta-talenta unggul di berbagai belahan dunia. Mereka juga berburu di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan beberapa kota lain. Salah satu eksekutif di usaha rintisan menuturkan bahwa perusahaan-perusahan teknologi dari Singapura dan Malaysia mulai mendirikan cabang di Yogyakarta karena mereka ingin merekrut talenta-talenta di kota itu. Ia juga menuturkan bila tak sedikit anak muda di kota itu kini bergaji hingga Rp 20 juta meski belum lama memasuki pasar kerja. Mereka juga mudah berpindah-pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Mengapa perusahaan-perusahaan itu serius berburu talenta-talenta unggul di berbagai kota? Perusahaan konsultan Gartner Inc mengatakan, teknologi digital telah melahirkan banyak bisnis baru. Mereka butuh talenta-talenta itu. Akan tetapi, ketersediaan di pasar sangat sedikit. Beberapa pekerjaan seperti saintis data malah kekurangan sehingga diramalkan hingga beberapa tahun ke depan masih kurang meski beberapa perguruan tinggi telah membangun dan membuka program sains data. Persaingan makin sengit karena kini mereka tak hanya menggunakan data-data demografi dan sejenisnya.
Mereka menggunakan teknologi analisis data sehingga memandu mereka menyelusuri berbagai kota dan bertemu dengan usaha rintisan, pengelola perguruan tinggi, hingga pebisnis untuk mendapatkan talenta terbaik. Dengan teknologi itu mereka juga sudah meninggalkan daftar kota-kota yang tak banyak memberi harapan akan keberadaan talenta-talenta unggul.
Ketika mereka butuh talenta tertentu, dengan bantuan teknologi, mereka bisa langsung mengarahkan tujuan pencarian itu tanpa membuang waktu untuk mencari kota-kota tempat talenta itu berada. Mereka juga mampu mengidentifikasi kota-kota lapis kedua yang berisi sedikit talenta sehingga mereka bisa memasang iklan lowongan pekerjaan yang tepat bila dibutuhkan.
Dengan persaingan yang sangat ketat, kini banyak muncul biro jasa secara daring dan konsultan yang menawarkan berbagai talenta dengan keahlian khusus seperti ahli jaringan internet untuk segala (IoT), pengembang, pemrograman Python, intelijen bisnis, kecerdasan artifisial, dan lain-lain. Mereka mengembangkan mesin pembaca (machine learning) untuk mendapatkan talenta-talenta itu di seluruh dunia dan mempertemukan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan.
Meski dengan berbagai kecanggihan teknologi digital dan juga kemampuan perusahaan mencari talenta berbakat, ternyata hampir sebagian besar konsultan menyarankan mereka untuk melirik talenta yang “tidak berada di dalam radar pencarian”. Digital Marketing Institute menyebutkan, mereka ada dan jumlahnya tidak kecil, ada di berbagai kota. Kategori pertama adalah mereka yang punya keahlian, namun tetapi tersisih karena kondisi ekonomi. Kompetisi yang sangat tinggi juga menyebabkan mereka menepi dari kota besar.
Bahkan, di antara yang di luar radar itu adalah mereka yang termasuk di dalam kategori pengangguran. Mereka perlu dilirik karena sangat mungkin perusahaan membutuhkan tenaga dan keahliannya. Para konsultan mengatakan, banyak alasan yang perlu didalami sehingga mereka jadi penganggur. Bila menemukan mereka, perusahaan perlu memberikan pelatihan karena sebenarnya mereka lapar dengan keahlian. Perusahaan perlu membangun karakter dan melatih keahlian tertentu sehingga mereka bisa masuk ke dunia kerja.