Raden Saleh (1807-1880), salah satu maestro pelukis dari tanah Jawa, sejatinya adalah seorang tokoh di Jerman. Dia—dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri–memainkan peran yang tidak bisa diabaikan dalam sejarah seni dan kesusastraan Jerman abad ke-19. Pada tahun 1860-an, ia menjadi ”duta” bagi perjumpaan antarwarga, saat beberapa tahun tinggal di Dresden, Jerman.
Meskipun hubungan diplomatik Jerman-Indonesia secara resmi baru dibuka 91 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1952, hubungan persahabatan dengan Indonesia—menurut laman resmi Kementerian Luar Negeri—merupakan persahabatan antara Jerman dan negara di luar Eropa terlama.
Hubungan dagang Jerman dengan Indonesia telah terjalin jauh sebelum Indonesia merdeka. Tujuh tahun setelah Siemens didirikan pada tahun 1854 di Jerman, Rumah Siemens sudah aktif di Surabaya.
Tidak mengherankan jika pada sesi wawancara khusus dengan Duta Besar Jerman untuk Indonesia Peter Schoof, Jumat (23/11/2018), di kantor Redaksi Kompas, Jakarta, ia dengan antusias berbicara tentang peningkatan kerja sama antarwarga Indonesia-Jerman.
Ia bertekad meningkatkan jalinan itu untuk memperkuat hubungan bilateral kedua negara. Schoof mengatakan, ada empat bidang kerja sama perorangan yang dikembangkan, yakni pendidikan, masyarakat sipil, ekonomi kreatif, dan media massa.
Kemitraan strategis
Menurut Schoof, peningkatan kerja sama perorangan cukup strategis untuk merekatkan jalinan hubungan baik Jerman dan Indonesia. Terbukanya aneka sektor, didukung dengan mudahnya akses terharap dunia digital, diharapkan mendorong gagasan-gagasan yang produktif bagi kedua negara. Hubungan perorangan pun diharapkan menjadi nilai tambah bagi hubungan-hubungan lebih formal, baik di tingkat bilateral maupun multilateral, yang melibatkan Jerman dan Indonesia.
Sebagai catatan, salah satu tonggak penting hubungan diplomatik Indonesia-Jerman ditandai dengan disepakatinya Deklarasi Bersama Jerman-Indonesia untuk Kemitraan Komprehensif. Kesepakatan yang diarahkan pula untuk memperkokoh dukungan pada globalisasi dan berbagi tanggung jawab itu ditandatangani pada 10 Juli 2012 di Jakarta oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Kanselir Angela Merkel.
Dalam dokumen tersebut, kedua pemimpin menyepakati 5+3 area kerja sama yang perlu dikembangkan, yaitu kerja sama ekonomi, pendidikan, riset dan teknologi, kesehatan, ketahanan pangan, transportasi, energi, dan industri pertahanan. Dalam perbincangan, Schoof menyebutkan beberapa hal yang menjadi buah dari semakin kuatnya kemitraan kedua negara.
”Relatif banyak warga Indonesia yang menjadi alumnus lembaga pendidikan di Jerman. Warga Jerman di Indonesia juga cukup banyak. Kita akan cari cara untuk memodernkan peningkatan hubungan antarwarga itu sehingga manfaatnya dapat lebih besar dirasakan bersama,” kata Schoof yang pada tahun 2014-2017 bertugas sebagai Duta Besar Jerman untuk Yunani.
Pada pertengahan April 2016— saat kunjungan resmi ke Jerman—Presiden Joko Widodo dan Kanselir Angela Merkel memperkuat kemitraan strategis Indonesia-Jerman melalui kerja sama pendidikan vokasi, energi terbarukan, dan kemaritiman.
Schoof mengatakan, dalam bidang pendidikan, muncul gagasan untuk menambah jumlah pertukaran pelajar, mahasiswa, dan ilmuwan di antara dua negara. Saat ini, menurut Schoof, setidaknya ada 4.000 warga Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Jerman.
Di sisi lain, Pemerintah Jerman membuka wacana untuk mendorong kemudahan bagi warga Jerman, terutama para ilmuwan, yang ingin melakukan penelitian di Indonesia. Hal yang sama digagasnya untuk masyarakat sipil guna semakin mendorong terciptanya masyarakat sipil yang terbuka, dinamis, saling menghormati kebebasan berpendapat, sekaligus menghormati keberagaman.
”Pemerintah Jerman akan secara aktif melanjutkan cara pandang internasional kami terhadap demokrasi, toleransi, termasuk keberadaan Uni Eropa, apa pun hasil dari pemilu Jerman mendatang. Kami pun akan mempertahankan nilai-nilai kami terhadap keberagaman dan antidiskriminasi,” kata Schoof.
Terkait bidang ekonomi kreatif, Schoof mengatakan, dirinya tertarik mendorong lebih banyak kerja sama di bidang itu. Berlin sebagai salah satu kota penghubung ekonomi kreatif di Eropa dikatakannya dapat menjadi modal untuk mencapai relasi yang lebih erat sekaligus membuka kesempatan lebih besar bagi para pelaku industri ekonomi kreatif kedua negara.
Dalam bidang ekonomi, Jerman merupakan mitra komprehensif Indonesia. Sebagai catatan, saat ini nilai perdagangan kedua negara mencapai 6 miliar dollar per tahun. Menurut catatan Kemlu, total investasi Jerman di Indonesia mencapai 289 juta dollar AS.
Selain itu, Schoof juga sepakat untuk mendorong penguatan relasi antarwarga melalui kerja sama antarmedia massa, terutama dalam bentuk berbagi pengalaman. Langkah itu, menurut dia, penting untuk memperkuat dan menjaga demokrasi di tengah menguatnya gejala populisme yang muncul belakangan.
Mewakili Pemerintah Jerman, Schoof juga menyambut baik keberadaan Jerman dan Indonesia dalam keanggotaan tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Hal itu disebutnya sebagai kesempatan unik secara politis bagi kedua negara secara multilateral.
Menurut dia, agenda kedua negara cukup identik, terutama dalam upaya mendorong perdamaian di berbagai belahan dunia.