JAKARTA, KOMPAS — Para orangtua korban yang selamat dari kecelakaan di Cipondoh, Kota Tangerang, Minggu (25/11/2018), memilih untuk mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Sabar dan ikhlas menjadi cara mereka untuk memaafkan kejadian yang menewaskan tiga santri dari Pondok Pesantren Miftahul Huda, Semanan, Jakarta Barat. Selain, ketiga korban tewas, ada 20 korban luka-luka lainnya yang dirawat di RS Bakti Husada dan RS Sari Asih, Ciledug, Tangerang.
”Tak ada yang perlu disalahkan. Semua ini musibah, saya ambil hikmahnya saja dari kejadian ini,” ujar Neneng (37), ibu dari Al (4), salah satu korban luka-luka dalam kecelakaan tersebut yang ditemui di RS Sari Asih, malam ini.
Neneng mengatakan, Ali ikut dalam rombongan setelah menolak pulang bersama ayahnya. Al dijemput sekitar pukul 11.00 setelah menghadiri acara Maulid Nabi di Semanan, Jakarta Barat. ”Ayahnya jemput, tetapi Al memilih pulang bareng abang-abangnya di pesantren,” kata Neneng.
Neneng mengetahui kabar kecelakaan setelah petugas keamanan bersama satu korban yang selamat datang ke rumahnya sekitar pukul 12.00. Al diketahui mengalami luka di bagian mulut. Gigi depannya patah dan bibir bagian atas bengkak. Al juga mengalami luka lecet di bagian kaki, tangan, dan dada.
Hal serupa disampaikan oleh Eddy Gunawan (48), ayah dari Fad (15), yang mengalami luka robek di paha kiri dan tangan kiri terkilir. ”Ini musibah. Saya tidak mau mencari tahu penyebab kecelakaannya seperti apa. Kalau saya cari tahu, yang ada malah sakit,” ujarnya.
Dia juga tidak ingin menyalahkan pihak mana pun, termasuk pihak pesantren yang mengadakan acara. Eddy mengetahui kabar kecelakaan tersebut setelah menerima telepon dari pihak rumah sakit. ”Sekitar pukul 15.00 saya ditelepon oleh pihak rumah sakit bahwa anak saya kecelakaan. Tahu kabar itu, saya bersama istri langsung ke sini,” kata Eddy.
Saat ini, Fad dan Al mesti menjalani rawat inap selama dua hingga tiga hari ke depan. Berdasarkan keterangan dari pihak rumah sakit, sebanyak tujuh korban tengah menjalani perawatan di RS Sari Asih tersebut. (Dionisio Damara)