Berada di Gang Yasani, Desa Arcawinangun, Purwokerto Timur, Banyumas, Jawa Tengah, puluhan pekerja sibuk menggarap sepatu kulit bermerek Vistrand. Industri rumah tangga yang dirintis Bandi Setiawan sejak 10 tahun itu kini menyerap 40 tenaga kerja dari Banyumas dan sekitarnya.
”Dulu saya pernah bekerja di Jakarta, tetapi jauh jika mau pulang ke Banjarnegara. Lebih enak bekerja di sini, lebih dekat kalau mau pulang,” kata Asep (42), salah seorang pekerja di bengkel sepatu Vistrand, Jumat (23/11/2018).
Empat tahun terakhir ia kerja di sana dengan tugas membuat bagian atas sepatu. Dengan sistem borongan, ia bisa mendapat uang minimal Rp 2 juta per bulan. Sehari-hari, ia tinggal di bengkel itu dan pulang ke Banjarnegara setiap dua pekan atau empat pekan, yang hanya butuh perjalanan sekitar tiga jam.
Hal serupa juga disampaikan Beni Ariyanto (43), pekerja asal Brebes yang sudah delapan tahun bekerja di sana. ”Sehari bisa menyelesaikan satu kodi sepatu perempuan dengan upah Rp 120.000. Kalau sepatu laki-laki butuh waktu sampai dua hari dengan upah Rp 180.000 per kodi,” kata Beni yang sebulan sekali pulang mengunjungi keluarganya.
Keberadaan bengkel sepatu kulit ini juga membawa angin segar bagi Noto (50), warga Arcawinangun, Banyumas. Noto sudah delapan tahun bekerja di sana dan bertugas pada bagian penyemiran sepatu. ”Per minggu bisa dapat uang Rp 600.000 sampai Rp 700.000,” kata Noto yang sebelumnya bekerja serabutan.
Sebelum memulai bisnis pembuatan sepatu kulit, Bandi adalah sopir truk. Ia jenuh dan nasibnya tidak berkembang sehingga memutuskan membuka usaha pembuatan sepatu kulit di Purwokerto. ”Saya memilih usaha ini karena sepatu kulit sulit ditiru orang, sulit mencari pekerja, dan bahan. Istilahnya tidak banyak persaingan,” katanya.
Bahan baku kulit didapatkan dari wilayah Magetan, Jawa Timur, sedangkan sol serta lem didatangkan dari Jakarta. Untuk memulai usahaya, Bandi hanya bermodal Rp 130.000, sebelum mendapat pinjaman dari bank. Bermula dari sistem kredit usaha rakyat dari Bank Jateng, enam tahun terakhir usahanya berkembang dan Bandi mendapat dukungan kredit dari Bank Jateng sebesar Rp 6 miliar. ”Kreditnya sesuai kebutuhan saya. Saya juga menjaga kepercayaan dengan disiplin membayar angsuran,” ucapnya.
Usahanya kini beromzet sedikitnya Rp 200 juta per bulan, memproduksi sepatu sekitar 5.000 pasang per bulan. Area pemasaran sepatu kulit ini ada di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Area Jawa Timur meliputi Ponorogo, Magetan, Madiun, dan Blitar.
Adapun area Jawa Barat ada di sekitar Banjar Patroman. ”Saya lebih banyak menjual ke arah timur karena pengirimannya relatif tidak banyak macet,” katanya.
Bandi juga menerapkan sistem pemasaran dari pintu ke pintu ke instansi ataupun kantor-kantor, tidak menjual sepatunya ke toko-toko. Setidaknya, ada 30 tenaga pemasaran sepatu kulit ini. ”Sepatu ini memang untuk sepatu kerja. Ada garansi selama satu tahun bagi pelanggan. Kalau ada kerusakan, akan diberikan servis gratis,” katanya.
Dukungan Bank Jateng
Pemimpin Bidang Pemasaran Bank Jateng Purwokerto Siti Nafisah mengemukakan, pihaknya memberikan kemudahan dalam pembiayaan kredit bagi pelaku usaha, termasuk terhadap produksi kulit sepatu Vistrand. ”Ada beberapa jenis kredit. Kalau kredit sampai Rp 100 juta, itu tidak perlu SIUP, tetapi hanya melampirkan surat keterangan usaha,” kata Siti.
Selain itu, lanjut Siti, Bank Jateng juga membantu industri rumahan yang usahanya baru berjalan enam bulan dengan diberi kredit sesuai kemampuannya melalui Kredit Mitra Jateng (KMJ) 25. ”Kredit ini tanpa jaminan dengan plafon Rp 25 juta. Dengan harapan, nanti setelah mampu, pelaku usaha memiliki jaminan yang dijaminkan di bank, lalu akan dibiayai melalui KUR plafonnya sampai Rp 500 juta,” ujarnya.
Siti juga mengatakan, Bank Jateng berupaya mendekatkan layanan kepada pelaku usaha di daerah dengan membuka kantor layanan seperti di Kecamatan Sokaraja, Ajibarang, Wangon, dan Sumpiuh demi mengedepankan percepatan dari pengajuan kredit. Selain itu, Bank Jateng bekerja sama dengan Jerman untuk memberikan pelatihan bagi para pelaku UMKM seperti bagaimana mengelola administrasi, keuangan, dan pemasaran yang baik.
Berdasarkan data, penyaluran kredit program KMJ 25 Bank Jateng sampai dengan 30 Juni 2018 total debitor mencapai 16.659 orang, total plafon Rp 319,67 miliar, dan total outstanding Rp 189,22 miliar. Adapun untuk wilayah Kabupaten Banyumas jumlah debitor pada Oktober 2018 ada 634 debitor, plafon Rp 12 miliar, dan outstanding Rp 6,868 miliar. Sementara itu, penyaluran KUR untuk wilayah Banyumas hingga Oktober 2018 sebanyak 186 debitor, plafon 30,440 miliar, dan outstanding Rp 22,141 miliar.