JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan curah hujan yang terjadi pada akhir November 2018 membuat kewaspadaan akan terjadinya banjir mulai ditingkatkan. Pemantauan tinggi muka air dan penyiagaan tim satuan tugas khusus selama 24 jam terus dilakukan walau diprediksi kenaikan air belum meningkat signifikan pada bulan ini.
”Saat hujan, air memang meningkat, tetapi masih pada Siaga III dan itu hanya di beberapa tempat. Umumnya masih pada posisi lebih aman pada Siaga IV,” kata Pejabat Pembuat Komitmen Operasi Peliharaan Sumber Daya Air 1 Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (PKK OPSDA 1 BBWSCC) Eka Siwi Agustiningsih pada Senin (26/11/2018).
Siaga IV berarti belum ada peningkatan debit air secara mencolok, sedangkan Siaga III ditetapkan apabila hujan yang terjadi menyebabkan debit air meningkat di pintu-pintu air. Walau meningkat, kondisi ini belum membahayakan. Akan tetapi, masyarakat sebaiknya mulai berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatunya dari kemungkinan banjir.
Pada Senin pukul 16.30 WIB, hujan yang turun mengakibatkan Bendungan Katulampa, Bogor, Jawa Barat, menjadi Siaga III. Pasalnya, tinggi muka air meningkat menjadi 80 sentimeter. Jika bendungan yang masuk dalam aliran Sungai Ciliwung ini mengalami kenaikan volume air, akan berdampak beruntun dengan Pintu Air Depok dan Manggarai.
Peningkatan status ke Siaga III juga terjadi di Pos Pantau Nusa Indah yang dilalui aliran Kali Bekasi. Pada Minggu, 26 November 2018, status tinggi muka air berubah menjadi Siaga III.
Agar status tinggi muka air dapat terus diketahui, pemantauan selama 24 jam terus dilakukan. Tidak hanya BBWSCC, Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup juga meningkatkan kewaspadaannya. Selain pembentukan satuan tugas (satgas), UPK Badan Air juga menambah alat berat di Pintu Air Manggarai.
”Tim satgas terus mengawasi pintu air selama 24 jam secara bergantian. Kita mengantisipasi aliran air dari Bogor yang sering kali membawa banyak sampah,” kata Kepala Satuan Pelaksana UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Rohmat.
Selain itu, UPK Badan Air juga menambah alat berat ekskavator untuk mengangkut sampah. Saat ini, sudah ada dua alat berat yang disiagakan agar dapat mengangkut sampah yang dapat menghambat aliran air sungai.
Berdasarkan pantauan di Pintu Air Manggarai, pukul 18.00, debit air masih berada di Siaga IV, artinya masih dalam posisi aman dengan tinggi air 600 sentimeter. Adapun Bendung Katulampa, Bogor, pukul 16.30 naik dari 10 sentimeter menjadi 80 sentimeter.
Salah satu operator Pintu Air Manggarai, Karlian Seka, mengatakan, dalam seminggu terakhir debit air di Pintu Air Manggarai tidak menunjukkan kenaikan signifikan. Kenaikan tertinggi di Pintu Air Manggarai terjadi pada Sabtu (24/11). Pada hari itu, berdasarkan catatan operator di Pintu Air Manggarai, terjadi kenaikan debit air di Bendung Katulampa.
”Pukul 8.00 pagi, di Bendung Katulampa, tinggi air 10 sentimeter. Setelah hujan, debit air naik menjadi 100 sentimeter pada pukul 18.25,” kata Karlian.
Hal itu berdampak kepada tinggi permukaan air di Pintu Air Manggarai pukul 08.00 pada Minggu (25/11), yakni 670 sentimeter.
”Itu pun masih aman. Kalau sudah di atas 750 sentimeter, baru naik statusnya menjadi Siaga III,” ujar Karlian.
Sementara itu, warga di lokasi rawan banjir memanfaatkan media sosial guna mewaspadai ancaman banjir. Karumi (45), warga yang tinggal di RT 005 RW 008 Kelurahan Pejaten Timur, Jakarta Selatan, mengatakan, warga di bantaran sungai selalu memantau perkembangan ketinggian air Bendung Katulampa, Bogor, melalui media sosial (Kompas, 13/11/2018).
Hal itu membuat warga bersiap untuk mengungsi ke lokasi lebih tinggi ketika status Katulampa sudah naik menjadi Siaga III.
Kepala Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Hary Tirto Djatmiko saat dihubungi menjelaskan, khusus wilayah Jakarta, puncak musim hujan diperkirakan pada Januari hingga Februari. ”(Tapi) bukan berarti sebelum puncak (musim hujan) tidak perlu melakukan antisipasi,” ucapnya (Kompas, 30/10/2018). (SITA NURAZMI/SUCIPTO)