JAKARTA, KOMPAS — Pengguna transjakarta mengharapkan koridor 1 rute Blok M-Kota atau sebaliknya yang terdiri atas 18 halte tidak diubah. Rencana memodifikasi koridor 1 yang menjadikan transjakarta di rute ini sebagai bus pengumpan MRT dinilai justru menyulitkan pengguna.
Jefri (30), pengguna transjakarta, mengaku tidak setuju dengan rencana modifikasi tersebut. Modifikasi akan menyulitkan pengguna karena harus beralih moda transportasi dari transjakarta ke MRT atau sebaliknya. Padahal, dengan kondisi Koridor 1 saat ini, pengguna bisa menempuh rute Blok M-Kota tanpa transit.
”Itu akan merepotkan pengguna karena harus berpindah angkutan. Lagi pula kalau pindah, berarti tarifnya dibayar dua kali? Apalagi kabarnya tarif MRT jauh lebih mahal daripada transjakarta,” kata Jefri, Minggu (25/11/2018), ketika ditemui di Halte Monas, Jakarta Pusat.
Menurut Jefri, meski terdapat kesamaan rute di beberapa titik, transjakarta dan MRT semestinya bisa tetap beroperasi di jalur masing-masing secara bersamaan. Dengan demikian, pengguna punya alternatif moda transportasi sesuai kebutuhan.
”Jika ingin menempuh jarak jauh dengan lebih cepat, penumpang bisa memilih MRT. Namun, jika kebutuhannya hanya antarhalte atau ingin praktis, penumpang bisa naik transjakarta,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Antonius Reynold, pengguna transjakarta yang tinggal di Glodok, Jakarta Barat. Menurut Antonius, rute pada Koridor 1 sejauh ini memudahkan mobilitasnya dalam urusan kerja dan kuliah.
Tiga kali dalam seminggu Antonius menggunakan transjakarta untuk kepentingan kerja dan kuliah. Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Atma Jaya, Jakarta, ini mengakses transjakarta dari Halte Glodok ke Halte Bendungan Hilir.
Menurut Antonius, modifikasi Koridor 1 akan merepotkan pengguna. Meski waktu tempuh diperkirakan lebih cepat, keharusan transit dari transjakarta ke MRT dianggap tidak praktis. Selain itu, faktor harga juga menjadi pertimbangan.
”Kalau saya ingin yang lebih praktis dan ekonomis saja. Dengan menggunakan transjakarta pada Koridor 1 yang sekarang cuma sekali jalan dan harga murah,” ujarnya.
Terkait potensi kemacetan ketika menggunakan transjakarta, Antonius mengantisipasinya dengan berangkat lebih awal. Lagi pula, menurut dia, sejauh ini kemacetan di pagi hari hanya terjadi di lokasi tertentu, seperti di Halte Monas. Sementara itu, lalu lintas di halte lainnya relatif lancar.
Rencana memodifikasi Koridor 1 diungkapkan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko, Jumat (23/11/2018), seusai penandatanganan nota kesepahaman tentang studi integrasi transportasi antarmoda PT Transportasi Jakarta dengan PT MRT Jakarta.
Menurut Sigit, Koridor 1 transjakarta yang berimpitan dengan fase I koridor selatan-utara MRT Jakarta dari Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia bisa saling melengkapi (Kompas, Sabtu (24/11/2018). Dalam hal ini, transjakarta akan mengumpan penumpang ke MRT.
Untuk menjalankan sistem tersebut, diperlukan modifikasi rute di Koridor 1. Modifikasi itu berbentuk variasi rute layanan yang hanya melayani penumpang sampai di halte-halte tertentu, kemudian disambung dengan MRT. Sebagai contoh, layanan transjakarta Koridor 1 dari Blok M hanya sampai Halte Dukuh Atas atau Tosari sehingga penumpang bisa lanjut dengan MRT. (YOLA SASTRA)