Ketika Afghanistan Kesulitan Merekrut Polisi dan Tentara Baru
Oleh
Kris Mada
·2 menit baca
Beg (26) jera. Tidak terhitung berapa banyak rekan, sesama tentara Afghanistan, tewas dalam berbagai serangan oleh Taliban.
“Saya selamat dari dua serangan Taliban, dan Tuhan menolong saya melarikan diri. Baru beberapa hari lalu, saya kehilangan 10 teman dalam pertempuran,” kata pria yang ditugaskan di Provinsi Jowzjan, Afghanistan utara itu.
“Setiap hari kami melihat rekan kami terbunuh. Kami tidak punya perlengkapan memadai. Banyak teman kami terbunuh atau berhenti dinas,” kata Ashiqullah (24), polisi yang bertugas di Provinsi Nangarhar, Afghanistan timur.
Jumlah tentara dan polisi Afghanistan terus berkurang.
Pemerintah Afghanistan mengakui, 30.000 tentara tewas sejak awal tahun 2015 saat pasukan setempat mengambil-alih peran pasukan tempur NATO yang dipimpin Amerika Serikat dalam mengamankan negeri itu. Dengan kata lain, setiap hari rata-rata 20 tentara tewas dalam berbagai pertempuran di berbagai tempat di Afghanistan.
Kepala Pusat Perekrutan Aparat pada Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Mohammed Daud mengatakan, sulit mencari polisi baru di sejumlah tempat. Sebab, jumlah yang tewas atau cedera semakin banyak. Hal itu antara lain terjadi di Provinsi Balkh, Afghanistan utara. Di sana, jumlah pendaftar tahun ini hanya 20 persen pendaftar tahun lalu.
“Jika tingkat kematian terus naik, akan tiba masanya tidak ada lagi yang orang yang mendaftar,” kata analis militer Atiqullah Amarkhail.
Jumlah kematian itu menurunkan semangat para prajurit baru dan tentara berpangkat rendah. Banyak di antara mereka mempertanyakan sejauh mana mereka bisa terus beruntung.
Jumlah tentara dan polisi Afghanistan terus berkurang. Pada triwulan III tahun 2018, hanya ada 312.328 tentara, berkurang 9.000 orang dibanding tahun 2017, di seluruh Afghanistan. Jumlah tentara dan polisi saat ini paling rendah sejak tahun 2012.
Penyebab berkurangan aparat itu beragam. Mulai dari tewas, desersi, hingga tidak mau lagi berdinas. Salah satu di antara mereka adalah Beg.
Tingginya korban tewas seiring dengan masifnya serangan Taliban kepada pasukan pemerintah. Taliban menguasai sejumlah medan pertempuran dan mempertahankan kendali pada wilayah yang cukup luas di Afghanistan.
“Mereka menyerang kami setiap malam. Masa dinas saya sebagai polisi akan berakhir dalam beberapa hari dan saya tidak akan mendaftar lagi,” kata Enayatullah (29), polisi yang bertugas di Ghazni dan terluka oleh ranjau darat.