JAKARTA, KOMPAS — Kedisiplinan dan kepatuhan pengguna tol dalam berlalu lintas dinilai menjadi kunci dalam menjaga keselamatan ketika Tol Trans-Jawa tersambung. Sebab, perjalanan melalui tol yang semakin panjang dan tanpa hambatan memerlukan pembiasaan pengemudi.
Pemerintah menargetkan, sampai akhir tahun 2018 semua ruas Tol Trans-Jawa akan beroperasi dari Merak hingga Surabaya sepanjang 870 kilometer. Sampai saat ini, 640 km di antaranya telah beroperasi. Sisanya, sepanjang 230 km yang terbagi menjadi lima ruas, akan beroperasi bertahap hingga akhir tahun 2018. Kelima ruas itu adalah Sragen-Ngawi (51 km), Pemalang-Batang (33 km), Batang-Semarang (75 km), Salatiga-Solo (32 km), dan Wilangan-Kertosono (39 km).
Dalam uji coba melewati Tol Trans-Jawa dari Surabaya-Jakarta, waktu yang diperlukan 10-12 jam. Waktu tempuh yang dihemat mencapai 30 persen atau lima jam lebih awal jika dibandingkan dengan melewati jalan nasional.
”Tol Trans-Jawa cukup panjang. Meskipun nantinya tersambung semua, mestinya lalu lintas penggunanya tidak akan langsung melonjak tinggi. Perlu waktu penyesuaian bagi masyarakat,” kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Herry Trisaputra Zuna, akhir pekan lalu, di Jakarta.
Menurut Herry, pengguna tol di Jawa mulai terbiasa dengan jalan tol yang panjang ketika Tol Cipali sepanjang 116 km tersambung. Tol tersebut memungkinkan pengguna tol melewati tol secara terus-menerus mulai dari Merak sampai tol berakhir di Pejagan atau Brebes Timur.
Melihat pengalaman ataupun kejadian kecelakaan yang telah terjadi, pengguna tol mesti memperhitungkan titik lelah pengemudi. Selain itu, rambu-rambu lalu lintas mengenai kecepatan minimal ataupun maksimal kendaraan harus dipatuhi. Sebab, jalan tol yang lurus tanpa gangguan cenderung membuat pengemudi memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, di atas ketentuan.
Sebaliknya, Herry berharap, truk dengan kecepatan rendah karena muatan berlebih harus ditindak tegas. Sebab, kendaraan berkecepatan rendah atau di bawah ketentuan kecepatan di jalan tol menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Selain itu, truk dengan muatan berlebih menyebabkan jalan lebih cepat rusak. ”Ini semua kaitannya dengan kedisiplinan,” ujar Herry.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desi Arryani mengatakan, dengan tersambungnya Tol Trans-Jawa, faktor keselamatan dalam berkendara perlu terus disosialisasikan kepada masyarakat. ”Seperti pengendara harus menjaga kecepatan kendaraan dan beristirahat ketika lelah karena ini tol panjang,” kata Desi.
Sebagai operator, kata Desi, pihaknya menyediakan tempat istirahat dan pelayanan (TIP). Dari 20 ruas tol yang ada di Trans-Jawa, PT Jasa Marga (Persero) Tbk memiliki 13 ruas dan mengelola setidaknya 30 tempat istirahat dan pelayanan. Ketika Tol Trans-Jawa beroperasi, pihaknya memastikan tempat isitrahat dan pelayanan tersebut dalam standar minimal atau dapat digunakan.
”Kami juga berusaha membuat tempat istirahatnya lebih menarik. Kemudian usaha kecil dan menengah juga akan kami tampung di tempat istirahat yang kami kelola,” ujar Desi.