Menjawab Tantangan Kota Cerdas
Minggu (25/11/2018) pagi, lebih dari 100 orang sudah antre di stan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di pameran pembangunan Hari Ulang Tahun Ke-10 Kota Tangerang Selatan di Lapangan Sunburst, BSD, Serpong, Banten, untuk membuat kartu identitas anak (KIA). Dengan sabar, satu per satu warga yang didominasi ibu-ibu dan anak-anak itu dipanggil, difoto, dan beberapa menit kemudian KIA sudah di tangan.
Salah seorang warga Kelurahan Setu, Kecamatan Setu, Dahlia (35), membawa dua anaknya untuk membuat KIA. ”Saya dengar di sini ada pembuatan KIA. Jadi saya langsung datang ke sini sekalian jalan-jalan. Kartu ini untuk daftar sekolah dan bisa dapat diskon di KFC,” tuturnya.
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan Dedi Budiawan mengatakan, pembuatan KIA dalam waktu tiga hari selama penyelenggaraan pameran pembangunan mencapai 2.288 kartu. Antusiasme warga ini, menurut Dedi, di luar perkiraan sebanyak 300-500 kartu per hari.
”Pembuatan KIA sebenarnya sudah kami lakukan kolektif di sekolah, tetapi belum semua, baru 30 dari 120 SD. Karena itu, kami tetap membuka loket. Tahun 2018 target KIA mencapai 30.000 kartu dan saat ini sudah 18.692 kartu yang diterbitkan,” kata Dedi.
Selain pelayanan KIA, pelayanan administrasi kependudukan yang lain, seperti KTP elektronik, pembuatan kartu keluarga, dan akta kelahiran, ditargetkan hanya satu hari. Di kantor disdukcapil, warga yang sudah membawa persyaratan lengkap mengambil nomor urut dan menunggu namanya dipanggil, menyerahkan persyaratan, kemudian tinggal menunggu dokumen yang dimaksud selesai.
”Untuk melakukan inovasi ini banyak yang harus diubah, seperti meniadakan jam istirahat, menambah alat, hingga pemberian tunjangan untuk pegawai yang harus bekerja lembur. Namun, semuanya ternyata bisa dilakukan,” ujar Dedi.
Pelayanan administrasi kependudukan merupakan salah satu inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany menyebutkan, inovasi harus dilakukan untuk dapat memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi.
”Saat ini perizinan juga sudah dilakukan secara daring. Pelaporan keluhan masyarakat juga bisa dilakukan melalui aplikasi SIARAN Tangsel meskipun belum maksimal karena banyak laporan yang ternyata tidak langsung ditanggapi. Kami terus melakukan evaluasi secara berkala agar dinas terkait dapat segera menindaklanjuti laporan dari warga,” ujar Airin.
Namun, persoalan infrastruktur, diakui Airin, masih menjadi fokus utama pemerintah. Jika sebelumnya perbaikan jalan rusak menjadi prioritas, kini titik berat dilakukan pada drainase. Persoalan utama di Tangerang Selatan, kata Airin, adalah tidak terintegrasinya pembangunan antarkawasan. Contohnya, drainase antara perumahan dan lingkungan di sekitarnya, juga jalan, yang tidak saling tersambung yang menyebabkan persoalan banjir atau kemacetan terjadi.
”Karena itu, tugas kami adalah mengintegrasikan hal-hal itu. Kawasan di luar perumahan atau pengembang besar sudah lama tidak tertata sehingga kami yang datang setelah masalah itu ada mau tidak mau harus menata dengan berbagai keterbatasan, terutama dengan tingginya harga lahan saat ini,” kata Airin.
Pelebaran jalan yang membutuhkan biaya besar, misalnya, disiasati dengan membuat darainase menggunakan box culvert sehingga ruang di atasnya tetap dapat dilalui kendaraan atau menjadi trotoar. Sebagai gambaran, banyak jalan di Kota Tangerang Selatan yang sebelumnya merupakan gang sempit, tetapi menjadi jalan alternatif sehingga banyak dilalui mobil.
”Tantangan kami selain mahalnya harga lahan adalah tata ruang yang sudah jadi sehingga kami harus menata dan menjaga ke depan agar tidak terjadi hal serupa. Kemudian bagaimana menghubungkan pembangunan di satu lokasi dengan lokasi lain,” kata Airin.
Persoalan itu semakin berat ketika jumlah penduduk terus bertambah dengan tingginya arus urbanisasi. Jumlah kendaraan terus bertambah, yang berarti pula jalanan semakin macet. Kemacetan saat ini terjadi di banyak ruas jalan, seperti di Jalan Juanda, Ciputat, di perempatan gaplek Pondok Cabe, di bundaran Universitas Pamulang, di Jalan Ciater dan Jalan Benda Raya.
”Karena itu, selain infrastruktur, kemacetan ini juga harus diatasi dengan transportasi massal. Kami telah meminta agar MRT dan LRT bisa sampai Tangerang Selatan. Saat ini prosesnya sudah masuk prafeasibility studies. Kami optimistis mimpi ini bisa tercapai. Lima stasiun yang ada di Kota Tangerang Selatan juga akan kami koneksikan dengan Trans-Anggrek,” tutur Airin.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan Sukanta menyebutkan, saat ini baru ada satu koridor Trans-Anggrek yang melayani rute Stasiun Rawa Buntu-Terminal Pondok Cabe. Hanya ada lima bus dengan penumpang yang belum maksimal karena frekuensi yang masih sangat sedikit.
”Kami sudah berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan transportasi. Rencana kami tahun 2019 ada 44 bus untuk 4 koridor dari kebutuhan per koridor 37 bus,” kata Sukanta.
Selain kebutuhan transportasi massal yang saat ini masih minim, Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie juga mengakui masih kurangnya ruang terbuka publik. Apalagi dengan keterbatasan lahan dan harga tanah yang semakin tak terjangkau. Karena itu, situ-situ (tujuh situ) yang ada di Tangerang Selatan semuanya akan direvitalisasi agar memiliki fungsi wisata dan hiburan murah bagi warga.
Selain merevitalisasi, tandon juga dibuat untuk menampung air guna mencegah banjir dan menyediakan ruang publik baru. Tandon yang sudah ada adalah Tandon Ciater dan saat ini tengah dibangun Tandon Nusaloka. Keduanya berada di Kelurahan Ciater, Serpong.
Belum lagi persoalan sampah yang saat ini masih belum sepenuhnya teratasi. Produksi sampah sekitar 800 ton per hari di Tangerang Selatan semuanya belum dapat teratasi di TPA Cipeucang. Masih terlihat di banyak titik sampah menumpuk begitu saja.
Benyamin mengatakan, selain program bank sampah dan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) ke depan, Tangerang Selatan juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk membuang sampah ke Nambo karena kapasitas TPA Cipeucang yang semakin tidak memadai. Tangerang Selatan juga termasuk salah satu kota yang masuk dalam program pembangkit listrik tenaga sampah, kerja sama Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kemaritiman dengan Korea Selatan.
Demikian juga dengan penyediaan air bersih. Selama ini baru dua kecamatan, yaitu Serpong dan Pamulang, yang terlayani PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang. Tangerang Selatan melalui PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan telah memulai kerja sama dengan PDAM Tirta Kerta Raharja memperluas jaringan pelayanan.
Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Djaka Badranaya, mengungkapkan, dengan berbagai sumber daya yang ada, Kota Tangerang Selatan seharusnya bisa mencapai lebih banyak dari yang sudah ada saat ini. Menurut dia, pemkot harus lebih memiliki kekuatan untuk menggandeng semua pihak, terutama pihak swasta untuk bersama membangun kota.
Pemkot, kata Djaka, sebenarnya bisa lebih fokus mengurus berbagai permasalahan yang ada di luar kawasan, misalnya infrastruktur, pelayanan publik, hingga persoalan kemiskinan. Data penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik sebesar 1,76 persen dari total penduduk Tangerang Selatan yang berjumlah 1,4 juta jiwa.
Namun, kata Djaka, pemerintah harus melihat lebih dalam lagi bahwa jumlah penduduk yang masuk dalam kategori miskin dan sangat miskin jauh lebih besar. Di Tangerang Selatan, Djaka mengutip, berdasarkan data dinas sosial, jumlahnya mencapai 9,2 persen. Hal ini harus mendapat perhatian lebih besar agar tidak terjadi kesenjangan.
Selain itu, Pemkot Tangerang Selatan seharusnya benar-benar menerjemahkan konsep kota cerdas (smart city) di segala bidang. ”Smart tidak hanya sebatas pada pengertian penggunaan teknologi dan banyaknya aplikasi yang digunakan untuk pelayanan publik, tetapi bagaimana pemerintah dapat menjawab berbagai persoalan secara cerdas. Sejauh ini solusi-solusi cerdas itu masih belum begitu terlihat. Padahal, banyak potensi, terutama sumber daya manusia, di Tangerang Selatan yang dapat diberdayakan,” kata Djaka.