Indonesia dan China memerlukan rasa saling percaya guna meningkatkan kemitraan strategis komprehensif kedua belah pihak. Hal sama juga berlaku dalam hubungan ASEAN-China.
JAKARTA, KOMPAS Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda menyatakan, rasa saling percaya dibutuhkan tidak sekadar untuk mencapai target-target sebuah kemitraan strategis menyeluruh, tetapi juga untuk merespons aneka dinamika yang terjadi di kawasan.
Dalam hubungan Indonesia-China, kerja sama lebih erat diharapkan meningkatkan perekonomian sekaligus mendorong perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan (LCS).
Pernyataan itu disampaikan Hassan saat menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Lima Tahun Kerja Sama Strategis dan Komprehensif Indonesia-China di Jakarta, Selasa (27/11/2018). Seminar itu digelar oleh Tenggara Strategics, Centre for Strategic and International Studies, dan Universitas Prasetiya Mulya.
”Aneka kemajuan kita rasakan dalam hubungan kemitraan Indonesia-China. Namun, agar kemajuan lebih banyak dan besar diperoleh, mari kita tingkatkan rasa saling percaya secara positif,” kata Hassan sambil menegaskan bahwa sejarah, termasuk dalam sejarah hubungan Indonesia-China, membuktikan Indonesia adalah negara yang bisa dipercaya.
Kemitraan strategis menyeluruh Indonesia-China ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Xi Jinping pada 2013. Kemitraan itu antara lain didasarkan pada pengakuan atas peran kedua negara yang semakin meningkat secara global sehingga dibutuhkan langkah kolaboratif. Kemitraan tersebut mencakup politik, pertahanan dan keamanan; ekonomi dan pembangunan, maritim, ilmu pengetahuan dan teknologi; kerja sama sosial dan budaya; serta kerja sama internasional dan regional.
Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian menyatakan, kerja sama strategis komprehensif China-Indonesia stabil, dan ia optimistis bahwa kerja sama itu tumbuh cepat menuju sebuah era baru. Di bidang ekonomi, misalnya, investasi langsung China ke Indonesia melesat lebih dari 10 kali lipat dan mencapai 3,36 miliar dollar AS. Hubungan perorangan juga naik, ditandai dengan kenaikan jumlah wisatawan China ke Indonesia yang mencapai 2,06 juta pada 2017.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dalam pidato kuncinya menyatakan bahwa Indonesia terbuka pada investasi dengan sejumlah prinsip kerja sama, yakni ramah lingkungan, mendorong penggunaan tenaga kerja lokal, mentransfer teknologi, serta mendorong terciptanya nilai-nilai lebih besar.
Deputi Koordinasi Politik Luar Negeri Kemenko Polhukam, Lutfi Rauf, menyatakan, terkait LCS, sikap Indonesia sudah jelas dan dipertahankan, yaitu bukan sebagai negara pengklaim LCS. China menjanjikan, negosiasi penyusunan kode tata perilaku di LCS selesai dalam tiga tahun. Perkembangan terbaru atas hal itu, menurut Lutfi, diharapkan akan tetap terjaga dan konstruktif bagi kestabilan kawasan.
China-ASEAN
Rasa saling percaya juga dinilai mutlak dalam kerja sama China dengan ASEAN. Ketidakpercayaan pada sejumlah isu membuat kerja sama belum bisa dipacu secara optimal.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Kementerian Luar Negeri, Jose Antonio Tavares dalam diskusi tentang Konferensi Tingkat Tinggi Ke-33 ASEAN yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia. ”Orang memandang hubungan ASEAN-China dari LCS,” ujarnya. Urusan LCS menjadi salah satu titik ketidakpercayaan ASEAN-China yang harus diselesaikan.