Hubungan Pertahanan Indonesia-China Perlu Ditingkatkan
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA & BENNY DWI KOESTANTO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hubungan pertahanan Indonesia dan China perlu ditingkatkan. Selain untuk menjaga keamanan di kawasan Asia-Pasifik, kerja sama juga bisa dilakukan untuk menyelesaikan ancaman nontradisional, seperti kontraterorisme dan penanggulangan serangan siber.
Hal ini mengemuka dalam sesi kedua ”Seminar Indonesia-China 5 Years of Comprehensive Strategic Partnership tentang Politik, Pertahanan dan Keamanan”, Selasa (27/11/2018). Hadir pembicara mantan Duta Besar China untuk Indonesia Lan Lijun, mantan Wakil Menteri Pertahanan RI Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Deputi II Kemenko Polhukam Lutfi Rauf, Senior Colonel dan Profesor National Defence University of People’s Liberation Army Zhao Yi, dan Senior Fellow National Institute of International Strategy, Chinese Academy of Social Science, Profesor Xu Liping. Sebagai moderator, hadir Jusuf Wanandi dari CSIS dan The Jakarta Post.
Lan Lijun mengatakan, seringnya kunjungan Presiden Joko Widodo ke China dalam berbagai kesempatan belum terjadi dalam pemerintah sebelumnya. Menurut dia, kerja sama pertahanan di antara kedua negara memiliki kepentingan yang sama, yaitu kesejahteran bersama. Menurut dia, aspek pertahanan dan ekonomi harus berjalan seiring dalam kerja sama antara Indonesia dan China.
Hassan Wirajuda mengatakan, sejak zaman Presiden Yudhoyono, yaitu Oktober 2013, telah ada tema politik, pertahanan, dan keamanan yang masuk dalam kesepakatan strategis kedua negara. ”Saat itu untuk pertama kali dibahas bidang-bidang kerja sama pertahanan, seperti maritim dan teknologi dirgantara. Ke depan harus ditingkatkan lagi kerja sama yang berdasarkan kepercayaan strategis,” kata Hassan.
Sementara Sjafrie mengatakan, berdasarkan pengalamannya, ia optimistis kerja sama pertahanan dengan China akan meningkat di waktu-waktu mendatang. Ada tiga faktor yang menurut dia akan berkontribusi positif. Pertama, terkait dengan hubungan antarpersonal antara prajurit Tentara Nasional Indonesia dan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Selain itu, Indonesia juga mempunyai kebijakan satu China. ”Perlu ada peningkatan kerja sama antarpersonal dan pengertiaan sejarah dan budaya, misalnya lewat lembaga-lembaga kajian,” kata Sjafrie.
Dari pihak PLA, Zhao Yi membuka beberapa bidang militer dan pertahanan yang perlu diperkuat. Menurut dia, bidang-bidang tersembut di antaranya adalah antiterorisme dan patroli bersama pasukan penjaga pantai.
Xu Liping menambahkan, kerja sama dalam bidang siber juga penting selain upaya bersama untuk mewujudkan Kode Tata Perilaku di Laut China Selatan. Lutfi Rauf yang juga menyebutkan soal adanya masalah regional di Laut China Selatan menggarisbawahi bahwa untuk bisa bekerja sama dengan setara, perlu ada peningkatan kemampuan Indonesia.