JAKARTA, KOMPAS — Kumpulan sampah dari laut masih berdatangan ke Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, hingga Rabu (28/11/2018) siang. Menurut pengamatan warga, limbah minyak atau pek masih ditemukan bersamaan sampah-sampah itu, seperti halnya sampah yang mencapai Pari, Selasa (27/11/2018).
Seperti diberitakan, sampah mengapung di laut di sekitar Pulau Pari Selasa lalu. Sekitar pukul 09.00 atau pukul 10.00, sampah mencapai pesisir pulau. Sampah ”menyergap” hampir sekeliling pulau. Di antara sampah yang hanyut di laut, warga melihat satu bangkai penyu.
”Siang ini sampah masih berdatangan. Warga masih bergotong royong membersihkan bagian Pantai Bintang dan Pantai Pasir Perawan,” ujar Ketua RT 001 RW 004 Kelurahan Pulau Pari Edi Mulyono, Rabu. Meski demikian, menurut dia, sampah sudah tidak semasif kemarin Selasa. Volume sampah yang masih mengapung di laut pun telah berkurang.
Namun, warga khawatir karena limbah minyak masih ditemukan menempel di sampah yang baru tiba di pulau pada Rabu ini. Akumulasi pencemaran minyak dicemaskan memperparah kerusakan lingkungan di perairan sekitar Pulau Pari dalam beberapa tahun mendatang.
Catatan Edi, limbah minyak dari laut juga mencapai pesisir Pulau Pari pada April dan Juli lalu. Endapan minyak selama bertahun-tahun, ditambah adanya sampah, diduga berkontribusi merusak terumbu karang di selatan dan timur laut pulau. Padahal, sebagian besar warga bergantung pada pariwisata, termasuk wisata menyelam dan selam permukaan (snorkeling).
Sebelumnya, Kepala Loka Pulau Pari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indra Bayu Vimono menuturkan, pihaknya mengkhawatirkan kiriman sampah bercampur minyak berwarna hitam dari arah timur itu menutup pantai dan terumbu karang di sisi selatan Pulau Pari. Ada ekosistem terumbu karang dan lamun di sana.
”Kalau sampah dan minyak menutup reef flat sisi selatan Pulau Pari, terumbu karang dan lamun serta ikan-ikan kecil dan hewan-hewan lain di pasir bisa mati,” katanya.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Yusen Hardiman menyatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta menanggapi temuan warga tentang penyu yang mati di perairan Pulau Pari. BKSDA DKI kini mencari bangkai penyu yang diperkirakan masih mengambang di laut.
”Laporan warga, penyu mati itu berada di dekat Pulau Pari. Meski begitu, kami belum dapat memastikan penyebab kematian penyu sebelum dilakukan penelitian,” ujar Yusen.
Ia menambahkan, Sudin LH Kepulauan Seribu tetap berkomitmen menangani sampah di Kepulauan Seribu secara maksimal meski sumber sampah belum tentu berasal dari pulau-pulau di sana ataupun dari daratan Jakarta. ”Tergantung arah arus angin. Kalau angin barat bisa jadi dari Banten. Kalau angin timur bisa dari Jawa Barat,” katanya.
Setiap hari, petugas Sudin LH Kepulauan Seribu mengumpulkan sampah rata-rata seberat 40 ton. Sebanyak 264 petugas kebersihan bersiaga dan tersebar di titik-titik rawan penumpukan sampah, seperti di pulau wisata dan pulau penduduk.