WASHINGTON DC, RABU — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam produsen otomotif terbesar AS, General Motors. Ancaman itu dikeluarkan di tengah rencana General Motors memecat belasan ribu pekerja demi alasan efisiensi.
”Sangat kecewa pada General Motors dan CEO mereka, Marry Barra, karena menutup pabrik di Ohio, Michigan, dan Maryland. Di saat yang sama, meluaskan pabrik di Meksiko dan China. AS menyelamatkan General Motors dan ini terima kasih yang kita dapat,” demikian disampaikan Trump lewat cuitan dalam akun Twitter-nya pada Selasa (27/11/2018) malam.
Ia juga menyatakan sedang meninjau pemotongan seluruh subsidi untuk GM. Pemotongan juga akan diberlakukan pada mobil listrik buatan GM. Subsidi berupa keringanan pajak hingga 7.500 dollar AS, yang membuat mobil listrik buatan GM dan produsen otomotif lain bisa dijual dengan harga terjangkau.
Pengumuman itu dibuat setelah GM menyatakan menutup lima pabrik dan mengurangi 14.000 pekerja di Amerika Utara. Pabrik yang akan ditutup termasuk di kota Lordstown, Ohio. GM memastikan akan memangkas 15 persen pekerja di AS dan Kanada demi penghematan senilai 6 miliar dollar AS.
Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Larry Kudlow mengatakan, Gedung Putih sangat kecewa pada GM. Kudlow menyebut Trump merasa dikhianati GM. ”Kami membuat kesepakatan yang digarap bersama. Kami menyesuaikan aturan,” ujar Kudlow.
Juru bicara GM, Patrick Morrissey, menyatakan, banyak pekerja akan dipindahkan dari pabrik yang ditutup ke pabrik lain yang produksinya ditingkatkan. GM antara lain berencana meningkatkan produksi di Flint, Michigan, dan Arlington, Texas.
GM juga menyatakan, mereka sudah menginvestasikan 22 miliar dollar AS untuk operasi di AS dalam sembilan tahun terakhir. Investasi dikucurkan setelah Pemerintah AS setuju menyelamatkan GM dari kebangkrutan pada 2009. GM merupakan salah satu perusahaan yang terdampak krisis tahun 2008.
”Kami menghargai tindakan pemerintah demi meningkatkan daya saing industri manufaktur AS,” demikian pernyataan resmi GM.
GM tidak hanya menghadapi pemerintahan Trump untuk bisa menutup pabrik dan mengurangi pekerjanya. GM juga harus berhadapan dengan serikat pekerja otomotif yang sudah menyatakan akan menolak keputusan tersebut.
Karyawan pabrik yang akan ditutup akan membahas perjanjian kerja bersama (PKB). Pabrik yang akan ditutup bisa saja mendapat kuota produksi sebagai imbalan atas kesediaan serikat pekerja menerima syarat yang diajukan manajemen.
Pengalokasian kuota pada pabrik yang akan ditutup pernah dilakukan GM. Pada 2009, GM mengumumkan akan menutup pabrik di Orion, Michigan. Setelah perundingan PKB dengan serikat pekerja, pabrik itu malah mendapat kuota produksi dan masih beroperasi sampai sekarang.
Janji kampanye
Pemilih di lokasi-lokasi penutupan pabrik GM pernah mendapat janji dari Trump soal kebangkitkan industri manufaktur yang akan menghasilkan lebih banyak lowongan kerja. Dalam kampanye di dekat Lordstown beberapa bulan lalu, Trump meminta warga tidak menjual rumah karena pekerjaan akan kembali tersedia.
Trump kerap bernegosiasi langsung dengan para pengusaha besar AS. Selain untuk mendapat harga lebih baik untuk produk yang akan dibeli pemerintah, negosiasi juga untuk menjaga lapangan kerja tetap ada. Pada pekan ketiga setelah Pemilu 2016, ia menuju Indianapolis dan mengumumkan insentif pajak.
Hal itu demi mencegah penutupan pabrik yang dapat membuat 1.400 pekerja diberhentikan. Hasilnya, 1.100 pekerja dipertahankan. Karena itu, Trump sangat kecewa dengan pengumuman GM soal penutupan pabrik.
Bukan hanya Trump yang marah dengan GM. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga menyatakan hal senada. Kekecewaan itu diungkap Trudeau kepada Trump. ”Mereka menunjukkan kekecewaan pada penutupan pabrik GM di Kanada dan AS. Mereka menekankan perhatian pada pekerja, keluar mereka, dan masyarakat yang terdampak keputusan itu,” kata juru bicara Trudeau, Cameron Ahmad. (AP/AFP)