Trump Bela Tindakan Penembakan Gas Air Mata terhadap Migran
Oleh
RETNO BINTARTI
·3 menit baca
SAN DIEGO, SELASA — Presiden AS Donald Trump membela langkah tegas aparat keamanan negaranya yang berjaga-jaga di perbatasan AS-Meksiko saat menggunakan tembakan gas air mata untuk membubarkan kumpulan migran. Hari Selasa (27/11/2018) waktu setempat, otoritas AS mengurangi jumlah warga yang ditangkap dalam konfrontasi, hari Minggu lalu, dari 69 menjadi 42 orang.
Para pengkritik mengecam tindakan aparat keamanan AS di perbatasan dan menyebutnya sebagai tindakan berlebihan. Namun, Trump bersikukuh mempertahankan tindakan keras itu.
”Mereka (aparat keamanan) didesak oleh beberapa orang yang sangat kuat dan mereka menggunakan gas air mata,” ujar Trump, Senin, mengenai insiden yang terjadi sehari sebelumnya.
”Ini yang perlu digarisbawahi: tidak boleh ada seorang pun datang ke negara kami kecuali mereka datang secara sah,” kata Trump.
Tentang adanya anak-anak yang berlari ketakutan, Trump menuduh migran sengaja memanfaatkan anak-anak supaya migran bisa lebih mudah diterima masuk AS. Penanganan AS terhadap migran asal negara-negara Amerika Tengah menuai banyak protes karena dianggap tidak berperikemanusiaan.
Terkait dengan masalah itu, Trump juga meminta Meksiko agar memulangkan para migran dari Amerika Tengah tersebut. Meksiko berupaya agar migran dibiarkan berada di Meksiko selama mereka menunggu proses pengajuan suaka.
”Kebanyakan mereka adalah penjahat. Pulangkan mereka dengan pesawat, dengan bus. Lakukan sesuai keinginan, tetapi mereka jangan datang ke AS. Kami akan menutup perbatasan secara permanen jika diperlukan. Kongres, danai tembok”, tulis Trump di akun Twitter-nya.
Dikecam
Insiden penyemprotan gas air mata secara membabi buta menimbulkan kecaman dari banyak pihak, seperti para anggota DPR AS dan organisasi-organisasi sosial.
”Gambar anak-anak tanpa alas kaki yang tersedak gas yang dilempar petugas Patroli Bea Cukai dan Perbatasan AS membuat kita terperanjat,” ujar Vicki Gass dari Oxfam Amerika.
Gambar anak-anak tanpa alas kaki yang tersedak gas yang dilempar petugas Patroli Bea Cukai dan Perbatasan AS membuat kita terperanjat.
Sejumlah anggota Demokrat serta pengkritik lain menyebut penggunaan gas air mata sebagai sebuah tindakan berlebihan. Mereka mempertanyakan gagasan di balik penggunaan gas air mata tersebut terhadap pencari suaka.
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kirsten Nielsen menuduh para migran telah menyerang petugas di perbatasan dengan proyektil. Seorang migran asal Honduras tidak menyangkal, tetapi katanya, ”para petugas telah membuat kami marah karena kami sudah sangat dekat ke perbatasan”.
Seorang warga Honduras menuturkan, dirinya terjatuh di kubangan kotor ketika gas air mata dilepaskan. Baju satu-satunya pun kotor. ”Meski begitu, saya tidak akan pulang ke Honduras. Saya ingin ke Amerika,” kata pria berusia 26 tahun ini.
Dalam beberapa bulan terakhir, puluhan ribu warga dari negara-negara Amerika Tengah, khususnya Honduras dan El Salvador, berupaya masuk AS lewat negara perbatasan Meksiko. Mereka menempuh perjalanan ribuan kilometer dengan menumpang kendaraan serta berjalan kaki dan hanya membawa sedikit barang. Alasan yang sering mereka kemukakan adalah masalah keamanan serta lilitan tekanan ekonomi di negara asal.
Di kota perbatasan Tijuana saja, menurut wali kota setempat, terdapat lebih dari 7.000 migran. Diperkirakan masih akan ada 800 orang lagi yang siap masuk. Wali Kota Tijuana Juan Manual Gastelum mengatakan, kotanya menghadapi krisis kemanusiaan.
Pemerintah Meksiko sudah melakukan perundingan dengan AS tentang kemungkinan adanya skema untuk membiarkan migran di Meksiko selama proses permintaan suaka mereka dilakukan. Terkait dengan insiden gas air mata, Pemerintah Meksiko sudah meminta diadakan ”investigasi menyeluruh”. (AFP/AP/REUTERS)