Wawancara dengan Menteri Luar Negeri Polandia, Jacek Czaputowicz
Hubungan erat antara Polandia dan Indonesia tidak hanya tergambarkan melalui desain dan warna bendera kebangsaan yang sama. Dari segi ekonomi, perdagangan antara kedua negara terus tumbuh.
Polandia memandang Indonesia sebagai pintu masuk pasar Asean dan memiliki potensi kolaborasi yang besar. Di sisi lain, Indonesia memandang Polandia sebagai pintu masuk pasar Eropa. Polandia juga sebagai rekan Indonesia dalam bernegosiasi terhadap negara Uni Eropa dalam mengatasi pembatasan ekspor kelapa sawit Indonesia ke Eropa.
Ke depan, selain meningkatkan kolaborasi di bidang perdagangan dan investasi, kedua negara juga memiliki visi yang sama dalam meningkatkan perannya menjaga perdamaian dunia.
Kompas berkesempatan mewawancarai Menteri Luar Negeri Jacek Czaputowicz, Selasa (27/11/2018), di Jakarta. Pada kesempatan itu, Jacek mengemukakan bagaimana hubungan kedua negara dapat ditingkatkan ke depan. Berikut adalah cuplikan wawancara tersebut.
Kolaborasi antara Polandia dan Indonesia melalui perdagangan dan investasi terus tumbuh. Bagaimana pandangan anda mengenai tren ini? Bagaimana kolaborasi ini dapat dikembangkan ke depan?
Kerja sama Polandia dan Indonesia di bidang perdagangan terus meningkat. Indonesia merupakan negara penting bagi kami karena potensi demografinya.
Namun, kerja sama antara kedua negara ke depan perlu diseimbangkan. Jumlah produk yang kami ekspor lebih sedikit daripada yang kami impor (dari Indonesia). Di Indonesia, ada beberapa halangan birokrasi. Produk ekspor Indonesia membutuhkan izin birokrasi yang lebih sedikit daripada ekspor Eropa ke Indonesia.
Pada 2017, hasil produk ekspor Polandia ke Indonesia 100 juta dolar AS. Sementara itu, hasil produk ekspor Indonesia ke Polandia 700 juta dolar AS. Defisit seperti itu juga kami alami dengan negara Asia lainnya.
Ke depan, hubungan ini perlu diseimbangkan. Kami bisa menyediakan pengetahuan dan keterampilan di bidang teknologi informasi, pertambangan, maritim, pertanian, dan lainnya.
Apabila Indonesia lebih terbuka dengan investor luar negeri, saya percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekarang di kisaran lima persen dapat meningkat hingga enam atau tujuh persen. Oleh sebab itu, kami menyambut baik revisi daftar negatif Indonesia.
Indonesia memandang Polandia sebagai pintu masuk ke pasar Eropa. Apakah hal itu, menurut anda, dapat direalisasikan?
Sejumlah pelabuhan laut di Polandia terletak dekat dengan sejumlah kota. Pelabuhan itu merupakan salah satu pintu masuk Eropa. Polandia juga merupakan anggota Uni Eropa. Ketika anda memasuki pasar Polandia, itu berarti anda juga dapat mengakses pasar negara Uni Eropa lainnya.
Makanan laut dan buah-buah asal Indonesia dapat dipasarkan ke konsumen-konsumen di Eropa. Saya mencicipi sejumlah makanan asal Indonesa dan saya sangat menyukainya.
Saya pertama kali makan salak beberapa waktu lalu dan rasanya enak. Saya juga suka papaya dan buah lain yang diproduksi di klimat yang tropikal. Buah-buah itu bisa dipasarkan ke Eropa.
Di sisi lain, Polandia merupakan salah satu pengekspor apel terbesar di Eropa. Bluberi juga salah satu keahlian kami. Kami memiliki teknologi produksi pertanian yang maju, efisien, dan ramah lingkungan. Dengan demikian, kami dapat mempertahankan produksi apel misalnya pada musim apa pun. Kami yakin, masih ada banyak potensi perdagangan lain yang bisa dikembangkan antara kedua negara.
Selain produk pertanian, kerja sama di sektor strategis apa lagi yang dapat dikembang ke depan?
Polandia dan Indonesia memiliki jumlah deposit batu bara yang besar. Polandia memiliki teknologi untuk mengekstrak dan membakarnya secara ekologis. Saat ini, ada perusahaan Polandia yang sedang membangun pembangkit listrik di Lombok, Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, perguruan tinggi Polandia memiliki standar kualitas dunia dan cukup kompetitif dari segi harga dibanding negara Eropa lainnya. Pada pekan lalu, saya mengunjungi Yogyakarta dan berdiskusi dengan Pak Sultan mengenai kolaborasi dalam membentuk jaringan antara universitas di Yogyakarta dan Polandia. Kami memiliki keahlian di bidang ilmu teknis, politeknik, dan ilmu medis.
Indonesia mengalami beberapa hambatan dalam mengekspor salah satu produk utamanya, kelapa sawit, akibat kebijakan Uni Eropa yang membatasi penggunaannya. Bagaimana pandangan anda mengenai isu ini? Apakah Polandia dapat membantu Indonesia dalam bernegosiasi dengan Uni Eropa?
Di Polandia, sebagian besar produser di sektor pertanian adalah petani kelas menengah ke bawah. Jadi, kami menghargai petani kelapa sawit di Indonesia. Kami mengakui, produksi kelapa sawit telah membantu mengangkat jutaan orang dari kemiskinan. Kami merasa empati dan memahami pentingnya industri kelapa sawit bagi Indonesia.
Pedoman Energi Terbarukan (RED II) yang baru disetujui parlemen Uni Eropa, menurut opini kami, mengatur semua bahan bakar hayati (biofuel) secara adil. Kelapa sawit tidak dipermasalahkan.
Regulasi itu diperpanjang hingga 2030, sehingga masih ada waktu (bagi pelaku industri kelapa sawit Indonesia) untuk beradaptasi. Kolaborasi untuk memastikan keberlangsungan perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan. Polandia akan meminta Uni Eropa untuk mempertimbangkan pandangan Indonesia mengenai isu kelapa sawit.
Mengenai labelisasi "palm oil free", isu ini di luar kewenangan legislasi Uni Eropa. Perusahaan bebas memilih apabila mereka ingin melabelisasi produk mereka sebagai "palm oil free". Kami tidak bisa melarang mereka. Namun, itu bukan masalah besar karena sebagian besar produk makanan dan kosmetik misalnya, tetap membutuhkan kelapa sawit sebagai bahan utamanya.
Perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) antara Uni Eropa dan Indonesia diharapkan selesai tahun depan. Apa saja yang perlu dipersiapkan dan bagaimana pendapat anda tentang perjanjian itu?
Perjanjian itu membuka peluang kolaborasi antara Uni Eropa dan Indonesia dan bisa menjadi sebuah penerobosan dalam mendukung hubungan ekonomi. Tim negosiasi kami bertekad untuk memperoleh liberalisasi lebih dari 90 persen tarif pada barang, jasa, pengadaan publik, dan area penting lainnya.
Progres negosiasi berlangsung stabil dan tidak terlalu cepat. Target tahun depan dapat tercapai. Perjanjian ambisius seperti itu sebelumnya telah kami capai dengan Singapura, Vietnam, dan akhir-akhir ini, Jepang.
Di tengah-tengah perang dagang dan kecenderungan protectionnisme, apakah anda optimistis dengan perkebangan kolaborasi global ke depan?
Ini adalah masalah besar bagi semua negara di dunia. Kita harus mempersiapkan diri menghadapi perang dagang dan konflik keras lainnya.
Untung masih ada negara sahabat yang masih ingin berkolaborasi. Kami memiliki bendera yang hampir sama dengan Indonesia. Kami adalah negara demokratis dan memiliki komitmen untuk mempertahankan perdamaian dunia.
Tahun depan, Polandia dan Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Kedua negara memiliki prioritas yang sama, yaitu mempertahankan hukum internasional, mengatasi konflik kemanusiaan, dan menjaga perdamaian dunia.