JAKARTA, KOMPAS — Mantan atlet angkat besi nasional Winarni mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu proses kesembuhan Achmad Fariz Taufik (3 tahun), putranya yang terlahir dengan kelainan bawaan atresia esofagus atau tidak berkembangnya usus pada janin. Fariz sudah dioperasi, sudah bisa menelan air putih dan susu, dan perkembangannya semakin baik.
Setelah tinggal di Jakarta selama lebih kurang tiga bulan untuk proses penyembuhan, Selasa (27/11/2018), Winarni dan Fariz kembali ke tempat tinggal mereka di Lampung. Winarni dan Fariz pulang menggunakan mobil pribadi diantar oleh keluarga. Sebelum naik ke mobil, berkali-kali Fariz mengatakan, ”Hore pulang.... Hore pulang....”
Winarni mengucapkan terima kasih terutama kepada Kompas yang sudah memuat berita mengenai perjuangannya menyembuhkan Fariz. ”Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budiman (Budiman Tanuredjo, Wakil Pemimpin Umum Kompas), juga kepada jurnalis dan fotografer Kompas, yang sudah banyak membantu,” katanya.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada penulis dan pegiat literasi Maman Suherman yang berjasa menginisiasi gerakan penggalangan dana digital melalui Kitabisa.com. Winarni juga berterima kasih kepada lebih dari 1.500 donatur yang sudah membantu, termasuk donatur dari Mayapada Group dan PT Toyota Astra Motor. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi yang sudah meluangkan waktu menjenguk Fariz di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
”Berkat kedatangan Menpora Imam Nahrawi, pelayanan dokter dan perawat kepada kami semakin baik. Dokter dan perawat jadi lebih ramah dan sangat membantu proses penyembuhan pasca-operasi,” ujar juara dunia angkat besi pertama Indonesia (1997) itu.
Winarni menambahkan, Fariz sudah selesai menjalani dua kali operasi besar berupa penarikan usus besar dari perut ke leher dan penyambungan usus ke kerongkongan. Operasi dilakukan di ruang bedah anak RSCM pada Kamis (1/11) dan Selasa (6/11).
Setelah operasi, Fariz sempat mengalami kondisi kritis, yaitu selang yang dipasang di perutnya sebagai jalur makanan mampet. Kondisi itu membuat Fariz harus kembali menginap di ruang Instalasi Gawat Darurat RSCM. Namun, karena Fariz sudah bisa menelan air dan susu melalui tenggorokan, akhirnya selang di perut dilepas.
”Mampetnya selang di perut ternyata pertanda baik. Situasi itu mau tidak mau membuat Fariz harus mengandalkan mulut untuk menelan cairan. Kalau tidak, dia akan dehidrasi,” kata Winarni.
Selama hampir tiga tahun Fariz selalu menerima asupan cairan melalui selang di perut. Dia tidak diperkenankan menelan cairan karena tak ada jalur makan dari tenggorokan ke perut. Setelah dioperasi, Fariz mempunyai jalur makanan. Namun, ternyata tidak mudah untuk mengajari Fariz menelan cairan. ”Saya harus bolak-balik ke supermarket untuk membeli minuman kesukaan Fariz, seperti susu cokelat atau es krim. Saya meminta Fariz menelan minuman itu. Awalnya dia tidak tahu cara menelan, tetapi lama-kelamaan terbiasa,” tutur Winarni.
Sekarang setiap kali minum, Fariz bisa menelan 110-150 mililiter susu. Dia minum setiap tiga jam sekali. Bagi Winarni, ini merupakan mukjizat. Biasanya, seorang anak dengan kelainan atresia esofagus baru bisa menelan cairan setelah enam bulan pasca-operasi. ”Dokter dan suster mengatakan Fariz adalah anak spesial karena masa pemulihannya cepat sekali. Bagi saya, dia memang spesial,” ujar peraih medali perunggu di Olimpiade Sydney 2000 itu.
Selanjutnya, perjalanan Fariz masih panjang. Bocah itu masih perlu check-up ke dokter sebulan sekali dan berkonsultasi dengan dokter tumbuh kembang anak. Hasil operasi terus dipantau untuk memastikan alat vital dalam tubuhnya berkembang dengan baik.
Namun, Winarni bersyukur operasi besar sudah dijalani dan banyak perkembangan berarti. ”Dulu saya berharap Fariz bisa operasi di Jakarta pada September ini sehingga bisa kembali ke Lampung tiga bulan kemudian. Saya ingin pada Januari, atau bertepatan dengan ulang tahunnya, Fariz bisa sembuh. Ternyata, kata adalah doa. Allahu a\'lam, Allah Maha Mengetahui,” katanya.
Selamat menempuh perjalanan pulang, Winarni dan Fariz, selamat berkumpul kembali dengan keluarga di Lampung.