JAKARTA, KOMPAS — Penyaluran kredit perbankan diprediksi akan terus meningkat jelang akhir tahun 2018. Namun, perbankan diingatkan untuk lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit mengingat kondisi likuiditas cukup ketat.
Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Otoritas Jasa Keuangan Anto Prabowo mengatakan, hasil rapat Dewan Komisioner OJK sepakat bahwa stabilitas sektor jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga. Hal ini didukung oleh kinerja intermediasi yang menguat dan profil risiko yang terukur.
”Kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada Oktober 2018 secara umum juga bergerak positif,” ujarnya di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
OJK mencatat, hingga Oktober 2018, kredit perbankan mengalami pertumbuhan sebesar 13,35 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy). Sementara piutang pembiayaan juga mengalami pertumbuhan 5,92 persen secara yoy.
Dari sisi penghimpunan dana, kata Anto, jumlah dana pihak ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh sebesar 7,6 persen yoy.
Adapun rasio kredit bermasalah nonperforming loan (NPL) gros perbankan per Oktober 2018 yang tercatat sebesar 2,65 persen, relatif stagnan dibandingkan dengan rasio NPL pada bulan sebelumnya sebesar 2,66 persen.
”Di tengah pengetatan likuiditas, bank diimbau berhati-hati dalam penyaluran kredit karena penghimpunan dana pihak ketiga masih melambat,” kata Anto.
Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean mengatakan, tanpa kontribusi porsi kredit sindikasi yang disalurkan oleh tiga bank badan usaha milik negara (BUMN) dan dua bank swasta konvensional Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV pertumbuhan kredit tidak akan mencapai persentase dua digit.
”Pertumbuhan kredit hingga 13 persen dari OJK adalah total secara keseluruhan. Kalau mau lihat kondisi riil kurangi porsi kredit bank BUMN dan bank swasta BUKU IV. Mungkin angka pertumbuhannya hanya 6-8 persen,” katanya.
Adrian memprediksi pertumbuhan kredit pada 2019 di kisaran 8,5 persen sebagai dampak dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sepanjang 2018. Menurut dia, tren pertumbuhan kredit tahun depan masih akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase pertumbuhan dana pihak ketiga.
”Pertumbuhan kredit yang cukup pesat tahun ini turut didukung oleh kebutuhan pendanaan dalam volume tinggi untuk proyek infastruktur nasional,” ujar Adrian.