Hasil Petani Cabai Bisa Dimaksimalkan Rp 165 Juta Per Hektar
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·2 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS — Budidaya cabai besar di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, berpeluang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama petani. Produktivitasnya bisa mencapai 1 ton hingga 1,5 ton per hektar. Harga saat ini Rp 11.000 per kilogram untuk jenis cabai besar hijau. Cabai itu bisa dipanen hingga 10 kali dalam satu siklus musim tanam sehingga omzet petani per hektar dapat mencapai Rp 165 juta.
Setidaknya itu dirasakan petani di Desa Sukorame, Kecamatan Sukorame. Lahan di desa itu sangat cocok untuk budidaya cabai. Ketika di awal musim hujan, petani lain belum memiliki penghasilan, petani cabai justru meraup untung.
Petani sudah mengembangkan manajemen tanam sendiri. Kepala Desa Sukorame Anton Susilo, Kamis (29/11/2018), menyebutkan, petani desanya menyurvei pasar setempat terlebih dahulu sebelum memulai tanam cabai. Awal mula, warga desanya bertani cabai didasari survei sederhana di Pasar Sukorame.
”Kami survei dulu, komoditas apa yang paling laku di pasar, kapan komoditas itu paling banyak dibutuhkan, dan apa jenisnya. Begitulah awal mula petani Sukorame mulai menanam cabai merah,” tutur Anton.
Survei itu cukup jitu, produksi cabai selalu bisa diserap pasar dengan harga layak. Jadwal tanam disesuaikan dengan jadwal pasar saat biasanya membutuhkan cabai besar. ”Tanah di sini cocok untuk budidaya cabai besar sehingga produksinya melimpah,” kata Anton.
Bupati Lamongan Fadeli merasa takjub dengan ketelatenan petani Sukorame. Ketika daerah pertanian lain belum bisa berproduksi, petani Sukorame bisa panen cabai besar.
Pemerintah saat ini sedang mendorong petani untuk membudidayakan hortikultura, termasuk cabai. Komoditas itu bisa menjadi penahan laju inflasi di daerah.
Petani masih untung meskipun tengkulak membeli saat cabai masih hijau. Dalam kondisi hijau, cabai besar petani dibeli Rp 11.000 per kg. Ketika kondisi merah, harganya mencapai Rp 16.000 per kg. Untuk bisa menikmati cabai besar dari hijau ke merah, dibutuhkan waktu sekitar sebulan.
Wilayah Lamongan juga memiliki komoditas cabai varietas lokal. Cabai rawit varietas sundari itu dikembangkan di Desa Lembor, Kecamatan Brondong.
Cabai yang dikembangkan petani bernama Sundari itu dikenal lebih tahan hama. Selain itu, tingkat pedasnya dirasakan lebih menyengat dari cabai lainnya.