Industri Dukung Perguruan Tinggi Siapkan SDM Revolusi Industri 4.0
Oleh
Ester Lince Napitupulu
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS - Penyiapan sumber daya manusia yang mampu menghadapi perkembangan revolusi industri 4.0 tidak hanya dilakukan dunia pendidikan, terutama di perguruan tinggi. Dunia industri yang butuh tenaga profesional, yang mampu berinovasi dengan perkembangan teknologi, juga menguatkan kolaborasi dengan perguruan tinggi.
Kolaborasi industri-perguruan tinggi untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0 salah satunya diwujudkan dalam peresmian laboratorium terhubung atau Honeywell - Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Connected Laboratory di Yogyakarta, Rabu (28/11/2018). Peresmian laboratorium Honeywell -UGM dilakukan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.
Hadir pula dalam peresmian Wakil Rektor UGM Djagal Wiseso Marseno, Manager Honeywell Building Solutions Yustinus Sigit, Asisten Keistimewaan Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Didik Purwadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero) Ignatius Tallulembang, dan Dekan Fakultas Teknik UGM Nizam.
Nasir mengatakan, perguruan tinggi perlu berinovasi dalam penyelenggaraan pendidikan untuk menjawab adanya tantangan ramalan kematian universitas atau perguruan tinggi. Kolaborasi perguruan tinggi - industri dibutuhkan untuk membuat mutu dan relevansi di perguruan tinggi sesuai dengan perkembangan di masyarakat dan industri.
"Bangsa maju karena inovasi. Untuk menghasilkan inovasi harus didukung riset berkualitas. Hal ini bisa dilakukan jika ada sumber daya manusia dari perguruan tinggi yang juga berkualitas," kata Nasir.
Yustinus yang membacakan sambutan Presiden Honeywell Indonesia Roy Kosasih, mengatakan, Honeywell ingin mendukung agar insinyur masa depan Indonesia siap mengembangkan teknologi industri 4.0 yang penting bagi kemajuan industri Indonesia.
"Sebagai perusahaan teknologi yang memiliki pengetahuan dan pengalaman luas di bidang internet of things, kami berkomitmen mendukung pertumbuhan Indonesia dengan menghadirkan teknologi yang relevan agar para insinyur masa depan dapat membuat Indonesia siap masuk era revolusi industri 4.0," ujar Yustinus.
Tiga laboratorium
Laboratorium terhubung Honeywell - UGM dengan teknologi simulasi canggih yang dilengkapi dengan kemampuan augmeneted reality/virtual reality, ujar Yustinus, untuk pertama kalinya dikembangkan Honeywell di dunia. Laboratorium ini menghubungkan tiga laboratorium di Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), dan UGM via teknologi awan. Tujuannya agar tiga perguruan tinggi terbaik Indonesia ini berkolaborasi dalam mengembangkan pengetahuan para insinyur masa depan Indonesia.
Laboratorium di UGM bermuara pada konektivitas siber yang memungkinkan mahasiswa dan dosen untuk menstimulasikan beragam proses industri serta menciptakan sistem hingga perangkat lunak baru. Laboratorium di UGM ini dilengkapi dengan perangkat lunak Experion PKS serta perangkat augmented reality/virtual reality untuk mempelajari beragam aktivitas industri yang rumit melalui simulasi, seperti belajar mengoperasikan alat di area dengan situasi berisiko tinggi. Tanpa kemampuan simulasi yang memadai, pengetahuan tersebut hampir mustahil dicoba di lapangan. Sebab, risiko dan biayanya tinggi dengan potensi kerugian yang besar.
"Teknologi termutakhir yang dikembangkan Honeywell yang menawarkan beragam produk dengan perangkat lunak untuk solusi terhubung, kami persembahkan melalui tiga perguruan tinggi di Indonesia. Kami berharap Indonesia mampu mengembangkan potensi industrinya ke tingkat global," kata Kosasih.
Laboratorium Honeywell di ITB dilengkapi dengan teknologi Honeywell Processing Solutions serta fasilitas penyulingan untuk minyak bumi dan produk kimia lainnya. Adapun di UI dilengkapi dengan teknologi Honeywell Building solutions, termasuk di dalamnya sistem otomatisasi dan manajemen gedung, dengan kemampuan layanan terhubung berbasis awan, teknologi pintar dengan visualisasi, antarmuka intuitif, serta sistem pengendalian api dan keamanan yang terintegrasi.
Djagal mengatakan UGM juga terus menelaah dan mengkaji pengembangan program studi yang relevan mendukung industri 4.0. Di tengah ramalan ancaman kematian universitas karena belajar kini dapat digantikan dengan memanfaatkan teknologi digital, perguruan tinggi harus mencari cara supaya tetap unggul dalam menarik minat mahasiswa.
"Kerja sama dengan industri seperti Honeywell, membuat perguruan tinggi tetap tidak ketinggalan dalam perkembangan teknologi termutakhir. Bahkan, perguruan tinggi dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk merangsang kreativitas mahasiswa dan dosen sehingga perguruan tinggi tetap penting untuk melahirkan banyak inovasi," kata Djagal.
Sementara itu, Ignatius mengatakan Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas terbesar di Indonesia menerapkan digitalisasi dari hulu ke hilir. Karena itu, kebutuhan SDM yang memahami perkembangan teknologi semakin dibutuhkan untuk meningkatkan kemajuan industri.
"Kolaborasi industri-perguruan tinggi ini saling menguntungkan.
Fakultas Teknik mendapat manfaat menyesuaikan perkembangan teknologi dan implementasi perkembangan teknologi yang penting untuk menyiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja. Sebaliknya, industri mendapat manfaat karena mahasiswa yang nanti kerja di industri siap menjadi tenaga terampil dengan skill dan pengetahuan yang baik," ujar Ignatius.