Perancis Berniat Tingkatkan Investasi di Indonesia
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perancis berniat meningkatkan kerja sama dan investasi dengan Indonesia pada 2019. Pemerintah dan dunia usaha Perancis memandang iklim perekonomian Indonesia masih kondusif. Kesiapan sumber daya manusia dan stabilitas demokrasi menjadi faktor yang diperhatikan Perancis.
Menteri Muda pada Kementerian Eropa dan Luar Negeri Republik Perancis Jean-Baptiste Lemoyne melawat ke Indonesia pada 27-29 November 2019. Kedatangan Lemoyne dalam rangka mempererat kerja sama antara Perancis dan Indonesia.
Dalam kegiatan jumpa media, Kamis (29/11/2018), di Jakarta, Lemoyne memberikan pandangannya terkait dengan proyeksi kerja sama ekonomi kedua negara. Lemoyne memandang iklim perekonomian di Indonesia masih menarik bagi investor Perancis.
”Ada dua faktor yang kami lihat bagus di Indonesia, yaitu mutu sumber daya manusia yang meningkat dan juga kestabilan demokrasi,” ujar Lemoyne.
Untuk itu, Lemoyne menyebut akan ada peningkatan kerja sama Perancis dengan Indonesia. Jumlah perusahaan asal Perancis yang akan berekspansi di Indonesia diperkirakan bertambah hingga dua kali lipat pada 2019. Investasi, kata Leymoyne, tidak hanya dalam bentuk portofolio, tetapi juga investasi langsung (FDI).
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 2017, investasi Perancis ke Indonesia hanya berada di urutan ke-22 di bawah Malta. Kontribusi terhadap investasi asing di Indonesia juga masih sangat kecil, yaitu hanya 0,4 persen dari total investasi asing pada 2016 yang senilai 28,96 miliar dollar AS.
Dalam lawatannya di Indonesia, Lemoyne bertemu dengan sejumlah menteri, di antaranya Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Kepala BKPM Thomas Lembong, serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan. Pertemuan dengan Thomas Lembong menjadi ajang bagi Perancis membahas peluang-peluang investasi bagi perusahaan asal Perancis.
Sementara itu, pertemuan dengan Airlangga Hartarto dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan peresmian pabrik karet sintetis PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) di Cilegon, Banten. PT SRI merupakan perusahaan patungan antara Michelin dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Nilai investasi pabrik tersebut mencapai 435 juta dollar AS.
Airlangga menyambut baik beroperasinya pabrik itu sebagai produsen karet sintetis pertama di Indonesia yang memproduksi polybutadiene rubber dan solution styrene butadiene rubber. Menurut Airlangga, industri karet sintetis merupakan sektor yang perlu dikembangkan karena dibutuhkan banyak industri lainnya.
Saat ini hanya ada satu produsen karet sintetis di Indonesia dengan kapasitas 75.000 ton per tahun. Sementara kebutuhan karet sintetis di dalam negeri pada 2017 mencapai 230.000 ton.
”Untuk itu, diharapkan SRI dengan kapasitas produksi mencapai 120.000 ton per tahun dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik,” kata Airlangga.