JAKARTA, KOMPAS — Kinerja ekspor industri mebel Indonesia belum sesuai dengan harapan. Ekspor industri ini hanya tumbuh di kisaran 4 persen setiap tahunnya. Kelangkaan bahan baku rotan menyebabkan produksi mebel tersendat.
Kementerian Perindustrian mencatat nilai pengapalan produk mebel dan kerajinan kayu Indonesia pada periode Januari-Oktober 2018 mencapai 1,4 miliar dollar AS. Jumlah tersebut meningkat 4,83 persen dari periode yang sama pada 2017.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2017, ekspor mebel Indonesia pada 2016 sebesar 2,3 miliar dollar AS. Nilai tersebut tumbuh menjadi 2,4 miliar dollar AS pada 2017.
Peningkatan nilai ekspor mebel Indonesia cenderung stagnan di kisaran 4 persen per tahun. Padahal, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mematok target pertumbuhan ekspor bisa di atas 12-16 persen per tahun.
Ketua Umum HIMKI Soenoto, Jumat (30/11/2018), mengatakan, kelangkaan bahan baku rotan menjadi salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan ekspor mebel nasional. Kondisi tersebut sudah dirasakan para pengusaha mebel sejak 2016.
Menurut Soenoto, suplai bahan baku rotan dalam negeri saat ini tidak mampu memenuhi kebutuhan produksi yang membutuhkan 13.000 ton rotan per bulannya. Alhasil, pengusaha rotan kerap tidak mampu memenuhi pesanan dari luar negeri.
”Kami hanya berani melayani sebagian pesanan. Misalnya ada pesanan 10 kontainer, tetapi karena bahan baku sulit, kami hanya mampu memenuhi pesanan 5 kontainer,” ujar Soenoto.
Soenoto merasa heran terhadap fenomena kelangkaan bahan baku rotan. Pasalnya, 85 persen rotan dunia berada di Indonesia. Ia menduga ada penyelundupan bahan baku rotan ke luar negeri.
”Bagaimana bisa di Cirebon rotan kosong. Namun, di China, bahan baku rotannya melimpah. Kita, kan, penghasil rotan terbesar,” katanya.
Namun, Soenoto masih berupaya menggenjot produksi mebel untuk memenuhi target ekspor 12-16 persen hingga akhir 2018. Pasar nontradisional pun dilirik. Selama ini, ekspor produk mebel Indonesia menyasar negara-negara Eropa dan Amerika.
Pengusaha mebel mulai mempertimbangkan untuk menggarap pasar-pasar nontradisional, seperti China, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Namun, mereka membutuhkan ajang pameran di luar negeri untuk promosi.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menyatakan, target ekspor mebel Indonesia sebesar 12-16 persen per tahun ditetapkan untuk industi besar.
Menurut Gati, pemerintah masih berupaya mencarikan solusi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku mebel dalam negeri. Salah satu upaya yang tengah diupayakan adalah membentuk material center.
Menurut rencana, material center akan dibangun di Semarang, Jawa Tengah, dan Cirebon, Jawa Barat. Sedianya material center sudah dibangun pada 2018, tetapi terkendala pendanaan.
”Kami membutuhkan biaya yang cukup besar untuk membangun material center. Hingga saat ini, belum ketemu investor swasta yang berminat,” ujarnya.