Produksi garam diperkirakan telah mencapai 2,7 juta ton, di atas target pemerintah yang 1,5 juta ton. Petambak berharap tata niaga diperbaiki agar harga di petambak tidak anjlok.
JAKARTA, KOMPAS - Menjelang berakhirnya musim panen garam pada akhir November 2018, produksi garam rakyat diperkirakan sudah menembus 2,7 juta ton, jauh di atas target yang 1,5 juta ton. Namun, pencapaian produksi tersebut perlu ditunjang tata niaga yang melindungi harga di tingkat petambak garam.
Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jawa Timur, Muhammad Hasan, Kamis (29/11/2018) menyatakan, panen garam tahun ini diakhiri dengan hasil yang melimpah. Dari 2,7 juta ton garam yang sudah diproduksi petambak rakyat, sekitar 60 persen di antaranya sudah terserap industri kecil menengah dan pabrik pengolahan, sedangkan 40 persen lainnya disimpan di gudang-gudang petambak.
Produksi garam nasional yang meningkat diharapkan ditunjang dengan regulasi soal tata niaga garam yang melindungi harga garam petambak. Saat ini, harga garam di tingkat petambak turun dari Rp 1.200-1.400 per kilogram (kg), menjadi Rp 700-1.400 per kg. Penyerapan dari beberapa pabrik juga mulai berkurang karena kapasitas gudang sudah terisi penuh.
"Panen tahun ini merupakan yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir. Pekerjaan rumah selanjutnya adalah mengatur tata niaga garam agar harga tidak anjlok," ujarnya.
Tahun 2018, musim panen garam diprediksi berlangsung Juni hingga November. Pemerintah menargetkan produksi garam nasional tahun ini mencapai 1,5 juta ton. Tahun 2017, total produksi garam nasional 1,11 juta ton atau hanya 34 persen dari target produksi 3,2 juta ton.
Dalam rangka menampung garam rakyat, pemerintah menyiapkan resi gudang garam nasional. Resi gudang sudah diterbitkan di enam lokasi gudang garam nasional, yakni Pati, Indramayu, Cirebon, Pangkep, Rembang, dan Tuban.
Swasembada
Sementara itu, PT Garam (Persero) sudah menutup masa panen garam. Menurut Direktur Utama PT Garam, Budi Sasongko, produksi garam BUMN tersebut mencapai 370.000 ton atau melampaui target tahun ini 350.000 ton.
"Pencapaian produksi tahun ini merupakan tertinggi sejak tahun 1992. Peningkatan produksi ditunjang oleh revitalisasi dan normalisasi sejumlah lahan pergaraman," kata Budi.
Pihaknya telah menyerap garam rakyat sebanyak 110.000 ton dan ditargetkan mencapai 125.000 ton pada akhir tahun 2018. Tingginya volume produksi yang ditunjang kualitas diyakini mampu mewujudkan swasembada garam konsumsi dan garam untuk industri aneka pangan tahun ini.
"Stok nasional mencukupi sehingga tahun depan tidak perlu ada impor garam konsumsi dan aneka pangan," ujar Budi.
Pada tahun 2019, PT Garam menargetkan produksi garam 400.000 ton atau naik 14,28 persen dibandingkan tahun ini. Dari target itu, sekitar 15-20 persen di antaranya akan dipasok untuk kebutuhan industri, seperti industri perikanan, kertas, dan perawatan wajah. Belanja modal yang akan disiapkan naik dari Rp 179 miliar tahun ini menjadi Rp 300 miliar tahun depan.
Menurut Hasan, produksi yang berlimpah didukung oleh cuaca yg baik dan kemarau panjang serta teknologi. Meski demikian, kondisi panen masih bergantung cuaca meski sudah ada penetrasi teknologi.
Ia berharap ada tata niaga garam yang mengatur harga pembelian pemerintah (HPP) sehingga saat produksi garam melimpah harga tidak anjlok dan harga tidak terlalu tinggi saat paceklik.