BANYUWANGI, KOMPAS — Guna mencegah peredaran uang palsu, Bank Indonesia melalui Generasi Baru Indonesia Jember menggelar Sosialisasi Ciri Khusus Uang. Sosialisasi tersebut menyasar para pelajar di sejumlah sekolah.
Pengenalan ciri khusus uang diajarkan untuk membedakan uang palsu dan uang asli yang diedarkan Bank Indonesia. Dalam edukasi tersebut pelajar juga dikenalkan tentang peran, fungsi, dan tugas Bank Indonesia dalam sistem keuangan negara.
Di Banyuwangi, edukasi dilakukan di SD Negeri 1 Kemiren, Jumat (30/11/2018). Siswa dibagi dalam tiga kelompok dengan pemberian materi yang berbeda sesuai tingkatan kelas.
”Di kelas V dan VI kami memberikan sosialisasi keaslian uang rupiah. Kami menunjukkan beberapa ciri khusus tanda cetak, misalnya rectoverso, blind code, dan lainnya,” ujar Mohammad Firman Ari, Ketua Panitia Kegiatan Generasi Baru Indonesia (GenBI) Mengajar.
Rectoverso ialah gambar atau logo Bank Indonesia yang saling isi di dua sisi berbeda uang kertas. Sementara blind code adalah kode khusus berupa logo atau garis yang memudahkan penyandang tuna netra untuk mendeteksi nominal mata uang.
Firman mengatakan, edukasi mengenai ciri khusus uang rupiah merupakan materi penting yang biasa disampaikan kepada para pelajar. Hal itu didasari pada maraknya kasus penipuan dan peredaran uang palsu.
”Kami ingin para pelajar mengenali ciri-ciri khusus uang palsu. Dengan demikian, mereka ikut andil dalam pencegahan peredaran uang palsu di masyarakat,” ujarnya.
Selain menggelar sosialisasi mengenai ciri khusus uang rupiah, GenBI Jember juga memberikan sosialisasi tentang fungsi, peran, dan tanggung jawab bank sentral. Anggota GenBI yang terdiri dari para mahasiswa penerima beasiswa dari Bank Indonesia tersebut mengenalkan peran Bank Indonesia sebagai bagian dari sistem finansial di Indonesia.
Pembina GenBI Jember yang juga Bagian Fungsi Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan Bank Indonesia perwakilan Jember Mohammad Iqbal Hafizh mengungkapkan, jumlah uang palsu yang ditemukan selama tahun 2018 sejak Januari hingga Oktober mencapai 2.928 lembar. Jumlah tersebut berdasarkan jumlah uang palsu yang berhasil diungkap.
”Kami tidak bisa memprediksi berapa uang palsu yang beredar. Namun, berdasarkan pengungkapan kasus, ada 2.928 lembar uang palsu yang berhasil kami temukan selama tahun 2018 hingga Oktober lalu,” ujar Iqbal.
Dari data yang dihimpun Bank Indonesia pecahan Rp 100.000 merupakan pecahan yang paling banyak dipalsukan, hingga jumlahnya mencapai 1.629 lembar. Adapun Mei menjadi bulan yang paling banyak dilakukan pengungkapan kasus uang palsu.
Terkait program GenBi Mengajar, Iqbal mengatakan, program tersebut merupakan pengembangan dari program Bank Indonesia yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor edukasi berbasis lingkungan, seni budaya, dan kesehatan. Melalui program tersebut, para mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia bisa terlibat langsung dalam usaha menumbuhkan perekonomian di masyarakat.
”Selain sisi edukasi kepada masyarakat, program ini juga merupakan kepedulian kami pada budaya, lingkungan, kesehatan dan pendidikan warga. Kedatangan kami ke Banyuwangi juga untuk belajar sistem pengembangan wisata dan budaya yang selama ini berjalan baik,” ujarnya.
Iqbal mengatakan, Bank Indonesia ingin mengajak mahasiswa yang tergabung dalam GenBI untuk mempelajari kiat sukses Banyuwangi dalam pengelolaan wisata berbasis masyarakat dan budaya. Harapannya, hasil pengamatan tersebut dapat dianalisis untuk diterapkan di daerah lain.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.