Pengemudi Bajaj Protes Sulit Dapatkan BBG di Jakarta
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengemudi bajaj di Jakarta mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar gas dalam dua minggu terakhir. Mereka harus mencari stasiun pengisian bahan bakar gas lebih jauh. Akibatnya, terjadi antrean panjang hingga 6 jam saat pengemudi akan mengisi bahan bakar.
Ratusan orang yang terdiri dari pemilik dan pengemudi bajaj menggelar aksi unjuk rasa untuk menyampaikan keluhan mereka itu ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jumat (30/11/2018) siang. Ratusan bajaj diparkirkan dua banjar di depan Pemkot DKI Jakarta.
Salah satu pengemudi bajaj yang hadir dalam unjuk rasa, Narsudi (35), mengatakan, ia harus mengantre hingga 6 jam untuk bisa mengisi bahan bakar gas untuk bajaj yang ia kemudikan. Narsudi mengatakan, antrean terjadi di SPBG Jalan Perintis Kemerdekaan, sekitar 12 kilometer dari tempatnya beroperasi, yakni di ITC Mangga Dua.
”SPBG lain katanya rusak. Dampaknya ke penghasilan. Satu hari biasanya dapat Rp 200.000 sampai Rp 250.000, dua minggu ini cuma dapat Rp 100.000 sehari,” kata Narsudi.
Hal itu disebabkan waktu istirahatnya terganggu karena harus mengantre di stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Ia mengatakan, mengisi bahan bakar menjelang tengah malam saat selesai beroperasi. Waktu tidurnya terpaksa harus bergeser menjadi pagi hingga siang hari. Dampaknya, ia baru bisa beroperasi ketika siang hari.
Setiap hari, Narsudi harus menyetor ke pemilik bajaj Rp 100.000. Dalam dua minggu terakhir, ia terpaksa hanya menyetor Rp 50.000. Kekurangan setoran itu dibayarkan kemudian hari. Hal itu membuatnya tidak bisa mengirimkan uang untuk keluarganya di Tegal, Jawa Tengah.
Dewan Pembina Komunitas Bajaj Jakarta, Cecep Handoko, mengatakan, para pengemudi dan pemilik bajaj merasa janggal dengan banyaknya kerusakan yang terjadi di banyak SPBG di DKI Jakarta. ”Kalau misalnya pakai bensin, kami melanggar peraturan. Dilema, nanti tidak bisa uji kir,” kata Cecep.
Ketua Komunitas Bajaj Jakarta Nasikin mengatakan, kerap ada perlakuan diskriminatif di beberapa SPBG terhadap pengemudi bajaj. Pengemudi bajaj tidak diberikan prioritas mengisi bahan bakar gas laiknya transjakarta.
Nasikin mengatakan, tuntutan mereka kepada pemerintah adalah menyediakan dan memperbanyak SPBG di wilayah DKI Jakarta. Selain itu, mereka juga menuntut agar pemerintah melibatkan bajaj dalam sistem angkutan umum massal DKI Jakarta berbasis jalan.
Perwakilan pemilik dan pengemudi bajaj ditemui oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan Sigit Wijatmoko dan Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta. Plt Kepala Dishub DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko, mengatakan, pihaknya akan mengerahkan petugas untuk berjaga dan mengawasi di setiap tempat pengisian bahan bakar gas di DKI Jakarta.
Hal itu dilakukan untuk mengatur lalu lintas jika terjadi antrean panjang. Selain itu, petugas Dishub juga melakukan pemantauan operasi pelayanan terhadap SPBG.
”SPBG yang dilaporkan rusak hari ini sudah beroperasi kembali. Kami akan berkoordinasi melalui surat dan rapat. Minggu depan akan diselesaikan,” kata Sigit.
Pukul 17.50, Kompas ditelepon oleh Narsudi. Ia mengatakan bahwa SPBG di Jl Pesing, Kalideres, Jakarta Barat, tutup kembali. Padahal, ia mengatakan, SPBG tersebut sudah beroperasi pada malam hari.
Pengoperasian SPBG dilakukan oleh PT Pertamina dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Juru bicara Pertamina, Adiatma Sardjito, saat dihubungi melalui pesan Whatsapp menyebutkan, sebanyak lima SPBG berada atau berdampingan dengan SPBU, yakni di Cililitan, Daan Mogot, Gandaria, Cilandak, dan Mampang.
Ia mengatakan, konsumen dapat melakukan pengisian BBG melalui SPBG tersebut selama 24 jam untuk kendaraan bajaj, transjakarta, taksi, dan kendaraan lainnya yang menggunakan bahan bakar gas alam terkompresi (CNG).
Namun, ketika dimintai konfirmasi terkait adanya laporan sopir bajaj yang kesulitan mendapat BBG, ia tidak membalas. Kompas mencoba meneleponnya hingga pukul 17.00, tetapi tidak mendapat jawaban.
Dalam siaran persnya, Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan bahwa seluruh SPBG beroperasi normal dan pasokan BBG baik-baik saja.
Ia mengatakan, enam SPBG yang dikelola PGN di Jakarta tidak ada masalah operasi dan distribusi. SPBG yang dimaksud Rachmat adalah SPBG Ancol, SPBG Kantor Pusat PGN di Ketapang, SPBG Klender, SPBG Pondok Ungu, Mobile Refueling Unit (MRU) Monas, dan MRU Grogol.
”Badan usaha yang berjualan BBG tidak hanya PGN dan dapat kami pastikan seluruh operasional SPBG yang dikelola PGN semuanya berjalan lancar dan pasokan BBG aman,” kata Rachmat. (SUCIPTO)