JAKARTA, KOMPAS — Pesatnya pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia turut mendorong kebutuhan penginapan. Pemerintah mengajak masyarakat berpenghasilan rendah di lokasi desa wisata untuk memanfaatkan huniannya sebagai rumah penginapan (homestay).
Ketua Pokja Bidang Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah S Thaib, di Jakarta, Jumat (30/11), mengemukakan, homestay semakin populer dan menjadi pilihan penginapan untuk pariwisata biaya rendah (lowcost tourism) dengan sebagian pasarnya merupakan kalangan milenial.
Pengembangan homestay dapat menjadi bagian dari program sejuta rumah untuk memberikan perumahan layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), sekaligus penghasilan tambahan. Homestay dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan di desa-desa wisata yang menjadi destinasi prioritas, karena menawarkan suasana tradisional yang memberikan nilai tambah.
”Homestay mewakili perumahan terjangkau dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Pengembangan homestay di desa wisata turut melestarikan arsitektur lokal,” katanya dalam forum diskusi Federasi Real Estat Dunia (The International Real Estate Federation/FIABCI) ”Affordable Housing and International Tourism Development” yang diselenggarakan REI dan harian Kompas.
Kementerian Pariwisata telah menetapkan target 10.000 kamar homestay pada 2017 hingga 2019. Untuk 3.500 kamar yang ditargetkan pada 2018, terdiri dari 2.500 kamar yang diubah menjadi homestay, 900 kamar direnovasi dan direvitalisasi dari kamar yang ada dan 100 kamar baru.
Dicontohkan, rumah sederhana bersubsidi untuk tempat tinggal dapat dijadikan homestay pada akhir pekan. Dengan menyewakan, masyarakat berpenghasilan rendah bisa meningkatkan penghasilannya.
”Kalau masyarakat menengah atas bisa berpartisipasi untuk penyediaan homestay, kenapa MBR tidak bisa?” ujarnya.
Ia menambahkan, Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah menggodok regulasi agar peruntukan rumah bersubsidi ini bisa dimanfaatkan untuk homestay.
”Intinya kesepakatan,” ujarnya. Ia yakin peruntukan rumah subsidi tidak akan salah sasaran karena tetap melalui seleksi ketat terhadap profil penerima subsidi.
Wakil Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia bidang Hubungan Luar Negeri Rusmin Lawin mengemukakan, fenomena homestay sudah populer di destinasi wisata mancanegara. Ini karena kedekatan homestay dengan suasana penduduk lokal.