Sumber Sampah Ditelusuri
JAKARTA, KOMPAS - Warga Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat menelusuri sumber sampah dan limbah yang hanyut ke pulau itu. Langkah ini guna mengantisipasi kejadian serupa di waktu mendatang agar mutu lingkungan Pulau Pari dan sekitarnya tidak makin menurun.
Upaya Pemprov DKI yang sudah terlihat yakni ikut membersihkan pesisir Pulau Pari dan mengumpulkan sampah serta limbah guna diangkut ke daratan Jakarta.
Namun, menurut salah satu warga Pulau Pari, Edi Mulyono, Pemprov beserta pemerintah pusat mesti mencari tahu asal-muasal sampah dan limbah minyak serta pihak yang bertanggung jawab jika memang serius menangani, tidak sekadar membersihkan.
“Harapannya, kalau bisa, pemerintah menggunakan teknologi misalnya citra satelit untuk melihat bagaimana sampah dan pek (limbah minyak) itu berdatangan, sehingga tahu dari mana asalnya,” ucap Edi saat dihubungi pada Kamis (29/11/2018). Selama ini, asal dan penanggung jawab sampah serta limbah minyak yang terdampar di Pulau Pari belum pernah diungkap.
Terdamparnya limbah minyak di pesisir Pulau Pari rata-rata terjadi setiap tahun. Selama tahun 2018, misalnya, limbah minyak terdampar di bulan April dan Juli lalu. Pencemaran minyak pernah merugikan warga Pulau Pari yang membudidayakan ikan.
Edi menceritakan, di bulan Oktober 2017, dari 12.000-an ikan di keramba budidaya, sebanyak 3.500 ikan mati karena limbah minyak mencapai keramba.
Salah satu pembudidaya, Sartono, menambahkan, dari kejadian di akhir tahun lalu tersebut, ia merugi Rp 50 juta karena 500 ikan krapu dan bawal yang dipeliharanya turut mati.
Dengan mengungkap sumber limbah minyak, Edi berharap pemerintah menindak yang bertanggung jawab sehingga menimbulkan efek jera dan tidak ada lagi oknum yang membuang limbah ke laut. Adapun terkait sampah yang hanyut ke laut, ia mendorong pemerintah menangani sejak di darat, termasuk dengan membersihkan sampah dari sungai yang bermuara ke laut.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Yusen Hardiman menyebutkan, sampah yang mencapai Pulau Pari mulai Selasa (27/11/2018) lalu terindikasi berasal dari darat. Sebab, selain sampah yang kebanyakan berupa plastik, terdapat eceng gondok. “Habitat eceng gondok di darat, bukan di laut,” ujarnya.
Namun, terkait upaya penanggulangan sejak di darat agar sampah tidak mencapai laut, Yusen berpendapat itu mesti dikoordinasikan antar pemerintah daerah serta dengan pemerintah pusat.
Sumber sampah yang hanyut ke area Kepulauan Seribu bisa saja bukan hanya dari wilayah DKI. Ada kemungkinan sampah bersumber dari Banten jika angin berembus dari barat, dan bisa juga berasal dari Jawa Barat jika angin bertiup dari timur.
Meski demikian, Yusen menyatakan pihaknya berkomitmen menangani sampah dan limbah minyak di Kepulauan Seribu sesuai kewenangan Sudin LH Kepulauan Seribu. Pada Kamis, misalnya, 30 personel gabungan Sudin LH dan petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Pulau Pari mengumpulkan sampah di pesisir pulau. Pengumpulan memanfaatkan jaring. Bupati Kepulauan Seribu Husein Murad ikut serta dalam kerja bakti tersebut.
Ada empat gerobak motor dikerahkan untuk pengangkutan sampah ke tempat pembuangan sampah (TPS), yang kemudian dimuat ke dalam kapal sampah. Sebanyak 30 meter kubik sampah terkumpul di hari Kamis. Adapun pada Selasa petugas mengumpulkan 10 meter kubik dan di Rabu 9 meter kubik.
Secara keseluruhan, lanjut Yusen, pihaknya mengumpulkan rata-rata 40 ton sampah dari area Kepulauan Seribu. Ada 264 petugas kebersihan bekerja di titik-titik rawan penumpukan sampah, seperti di pulau wisata dan pulau berpenduduk. Sebanyak 13 kapal berbagai ukuran digunakan untuk pengangkutan sampah menuju daratan Jakarta, untuk selanjutnya disalurkan ke truk guna dibawa ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi.
Guna menekan risiko sampah terdampar di pulau-pulau, Sudin LH Kepulauan Seribu pada tahun depan berencana mengadakan sepuluh kapal katamaran yang masing-masing bisa membawa sampah 1-2 meter kubik. Fungsinya, sebagai pengumpan untuk mengambil sampah yang mengapung di laut agar sampah tidak mencapai pulau. Kapal itu lantas akan menyalurkan sampah ke kapal yang lebih besar. Selain itu, Sudin LH Kepulauan Seribu akan membeli satu kapal patroli sampah.
Sementara itu, untuk mengetahui data pencemaran akibat adanya limbah minyak, Sudin LH Kepulauan Seribu menyerahkan sampel air laut ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan guna diteliti. Adapun bangkai penyu yang terekam mengambang di antara sampah di laut pada Selasa lalu hingga kini belum ditemukan, sehingga penyebab kematiannya belum bisa disimpulkan.