Kotoran Limbah Mengancam Ekosistem Laut Utara Jakarta
Oleh
J Galuh Bimantara
·3 menit baca
KEPULAUAN SERIBU, KOMPAS Limbah sampah bercampur minyak masih mengotori Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Kotoran ini sampai ke area penangkapan dan pembudidayaan ikan, serta wisata setempat. Kondisi ini mengancam perekonomian warga yang tergantung pada kelestarian lingkungan kawasan itu.
Warga Pulau Pari, Sulaiman (38), semakin susah mencari ikan tenggiri di laut dekat pulau saat ini. “Hari Senin (26/11/2018), saya masih bisa menangkap 6 kilogram (kg) ikan tenggiri, hari Selasa (27/11/2018), saya sama sekali tidak mendapat tenggiri,” ucap Sulaiman di Pulau Pari, Jumat (30/11/2018).
Padahal, satu kg tenggiri bisa dijual Rp 50.000. Jika ia mendapat 6 kg, ia bisa menjual dengan harga Rp 300.000. Dengan hasil itu, ia membawa pulang Rp 180.000 setelah dikurangi biaya operasional, termasuk solar. Artinya, jika terjadi pencemaran di laut dekat Pari, ia bisa kehilangan pemasukan Rp 180.000 dalam sehari.
Meski limbah sudah sampai di Pulau itu, belum ada langkah serius pemerintah mengurangi dampak lingkungan. Karenanya, kecemasan melanda warga seperti yang dialami pembudidaya ikan Sartono (36). Akhir tahun lalu, ia merugi Rp 50 juta karena 500 ikan kerapu dan bawal miliknya mati saat limbah minyak mengotori 25 keramba.
Jumat kemarin, sampah bercampur limbah minyak terlihat di sebelah selatan Pulau Pari pada bagian timur dermaga. Sebagian besar sampah berbahan plastik, seperti gelas, botol, kantong, dan bungkus makanan atau pun pewangi cucian.
Jumat kemarin, sampah bercampur limbah minyak terlihat di sebelah selatan Pulau Pari pada bagian timur dermaga.
Petugas Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu di Pulau Pari berjibaku memungut dan mengumpulkan sampah itu di satu tempat. Pekerjaan ini tidak mudah karena limbah minyak menempel di kulit dan pakaian.
Salah satu petugas, Abdul Rajak (49), menggosok-gosok tangannya agar noda minyak berkurang. Hal serupa dialami warga pengelola pantai wisata Pasir Perawan. Mereka berjuang membersihkan pantai dari limbah minyak yang menyertai aliran sampah secepatnya. "Pembersihan pantai memang harus cepat, karena ini terkait kenyamanan wisatawan di sini," ucap salah satu pengelola pantai, Salbi (44).
Menurut Salbi, volume limbah minyak paling banyak datang hari Kamis (29/11/2018). Sepintas Pantai Pasir Perawan terlihat bersih Jumat kemarin, tetapi saat diperhatikan lebih dekat, terdapat sejumlah ceceran minyak di pantai. Limbah minyak itu kental dan jika mengenai tangan, noda sangat sulit dibersihkan.
Salah satu wisatawan Pantai Pasir Perawan, Deva Aliansyah Siregar (20), baru tahu dari Kompas bahwa terdapat sampah bercampur minyak yang terdampar di pantai. "Wah, kalau sampai terkena minyak saat bermain di laut, akan kecewa sekali," ujar dia.
Diduga dari wilayah lain
Penanggulangan sampah dan limbah di Pulau Pari serta pulau lain di Kepulauan Seribu mesti berjalan lintas sektor dan lintas wilayah. Sebelumnya, Kepala Sudin LH Kepulauan Seribu Yusen Hardiman menyebutkan, sampah yang mencapai Pulau Pari saat ini terindikasi berasal dari darat. Sebab, selain sampah yang kebanyakan berupa plastik, terdapat eceng gondok.
Pada sisi lain, sampah yang hanyut di Kepulauan Seribu tidak hanya bersumber dari wilayah DKI. Ada kemungkinan sampah bersumber dari Provinsi Banten jika angin berembus dari barat, dan bisa juga berasal dari Provinsi Jawa Barat jika angin bertiup dari timur.
Sulaiman pun meyakini sampah tidak berasal dari daratan Jakarta, karena angin sedang berembus dari tenggara. Ia meminta pemerintah serius mengantisipasi kejadian serupa. “Setiap tahun, sampah dalam jumlah besar terdampar di Pulau Pari sebanyak 2-5 kali,” katanya.