Indonesia-Pakistan, Hubungan yang Kian Erat
Hubungan Pemerintah Indonesia dan Pakistan semakin erat. Kerja sama di berbagai bidang, seperti pertahanan, pendidikan dan kebudayaan, maritim, serta ekonomi dan perdagangan, semakin ditingkatkan.
Kedekatan hubungan dua negara itu terekam dalam kunjungan peliputan selama lima hari di Pakistan, atas undangan Kementerian Luar Negeri RI, Sabtu hingga Rabu (28/11/2018). Sejumlah pebisnis dan pejabat bidang perdagangan Pakistan serta diplomat kedua negara itu mengungkapkan kedekatan tersebut.
Beberapa kesamaan dan potensi untuk kerja sama, seperti besarnya jumlah penduduk— Pakistan dan Indonesia berpenduduk terpadat keenam dan keempat dunia secara berurutan— makin mendekatkan hubungan itu. Diterimanya produk-produk Indonesia di Pakistan, antara lain minyak kelapa sawit, kosmetik, kertas, dan batubara, menggambarkan kedekatan itu.
Memang ada defisit perdagangan dengan surplus di pihak Indonesia sebesar 1,3 miliar dollar AS dari total nilai 2,3 miliar dollar AS pada periode Januari- September 2018. Hal itu telah dicoba diatasi, antara lain dengan penandatanganan Perjanjian Perdagangan Preferensial (PTA) antara Pemerintah Indonesia dan Pakistan, September 2013.
Di bawah PTA, Indonesia menawarkan akses pasar bagi 232 jalur tarif, yaitu 103 item produk Pakistan bebas pajak, seperti buah segar, pakaian jadi, peralatan olahraga, barang-barang yang terbuat dari kulit, dan produk- produk industrial lainnya. Adapun Pakistan menawarkan akses pasar bagi 313 jalur tarif yang meliputi produk minyak kelapa sawit, produk kimia, peralatan dapur, karet, kayu, produk-produk elektronik, dan lain-lain. Mulai awal 2019, Indonesia akan menambahkan 20 produk Pakistan ke dalam daftar perjanjian perdagangan preferensial tersebut.
”Pada musim jeruk sampai Maret tahun depan, saya berharap bisa mengirim 300 kontainer. Tahun lalu, saya mengirim 250 kontainer,” kata Shahid Sultan, eksportir jeruk Kinnow ke Indonesia, saat ditemui di pabrik pengemasan jeruk Kinnow miliknya di Sargodha, Pakistan. Jeruk Kinnow merupakan salah satu produk Pakistan yang masuk daftar PTA sehingga tidak dikenai pajak masuk di Indonesia.
Bidang kerja sama
Upaya mempererat hubungan Indonesia-Pakistan dibahas dalam pertemuan kedua Forum Konsultasi Politik Bilateral Pakistan-Indonesia di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Pakistan, di Islamabad, awal pekan ini. Dalam pertemuan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Desra Percaya, Direktur Jenderal Asia Selatan dan Asia Pasifik Kemlu RI.
Menurut Duta Besar Indonesia untuk Pakistan Iwan Suyudhie Amri di Wisma Duta KBRI, di Islamabad, dalam pertemuan tersebut Pakistan menerima proposal Indonesia yang disampaikan Desra bahwa diharapkan pada paruh pertama tahun depan akan digelar pertemuan pertama tingkat menteri luar negeri.
”Ini mekanisme baru dalam mengisi hubungan bilateral. Kita sudah banyak memiliki kerja sama di berbagai bidang dan telah ada banyak kesepakatan,” kata Amri.
Di bidang pertahanan, sejak tahun lalu telah ada beberapa pertemuan antar-Angkatan Darat dan antar-Angkatan Laut dari kedua negara. Tahun depan, akan dijajaki pertemuan antar-Angkatan Udara. Implementasi dari kesepahaman itu akan ada saling kunjung menteri, saling tukar delegasi, dan kerja sama dalam industri pertahanan.
Di bidang pendidikan, ada kerja sama budaya, seperti kerja sama antar-universitas kedua negara. Indonesia memiliki 300 mahasiswa di Pakistan. Beasiswa Darmasiswa juga ditawarkan kepada Pakistan. Saat ini sudah ada beberapa mahasiswa Pakistan yang sedang belajar di ITB, UGM, dan UI. Pakistan pun meminta agar kuota mahasiswa ditambah.
Untuk meningkatkan pemahaman warga Pakistan tentang Indonesia, Amri mengundang sejumlah media, termasuk televisi Pakistan, untuk membuat peliputan di Indonesia.
”Dengan tayangan televisi tentang Indonesia ini, kita harapkan masyarakat Pakistan semakin mengenal tentang Indonesia yang semakin progresif dan berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Hal itu supaya mereka tahu bahwa Indonesia punya ikatan sejarah dengan Pakistan,” kata Amri.
Di bidang kerja sama maritim, Amri mengatakan, Pakistan tertarik dan menghargai gagasan Indonesia tentang Indo-Pasifik. Pakistan melihat kerja sama maritim sebagai suatu area yang perlu dikembangkan, seperti penanganan polusi di laut.
Di bidang ekonomi dan perdagangan, posisi Pakistan ini penting bagi Indonesia. Total perdagangan Indonesia dan Pakistan pada 2017 mencapai 2,6 miliar dollar AS atau naik 10 persen dari tahun 2016. ”Kita kuat di perdagangan minyak sawit karena menguasai 80 persen pasar Pakistan, sedangkan 20 persen dikuasai Malaysia,” kata Amri.
Minyak sawit kini mulai jenuh. Karena itu, menjadi tantangan untuk meragamkan barang ekspor dan impor. Volume perdagangan Indonesia-Pakistan saat ini belum seimbang mengingat Indonesia surplus 1,6 miliar dollar AS. Tahun lalu telah dicari cara untuk menyeimbangkan neraca perdagangan.
”Kita berikan 20 itemzero tariff berdasarkan Preferential Tariff Agreement 2013. Proses internal di Indonesia bisa dirampungkan pada tahun ini, dan tahun depan bisa diimplementasikan,” kata Amri.
Spirit persaudaraan
Terkait hubungan kedua negara, Desra mengaku senang dengan semangat persaudaraan kedua negara karena semua hambatan teknis akan dicarikan solusi. Pakistan juga berterima kasih karena status calling visa sudah dicabut, dan saat ini Pakistan ingin agar warganya bisa mendapatkan visa on arrival.
Desra juga membahas di luar agenda yang dijadwalkan terkait situasi keamanan dan perdamaian. Ia bertemu dengan beberapa pejabat Kemlu Pakistan.
”Kami di KBRI senang dengan mekanisme yang terjadi. Dalam situasi dinamis, kita tetap waspada. Namun, tetap mempromosikan kerja sama dengan Pakistan yang berpenduduk 210 juta jiwa,” kata Amri.
Kunjungan Presiden Joko Widodo pada Januari 2018 diakui sebagai momentum signifikan bagi hubungan kedua negara. Saat ini juga telah ditandatangani kerja sama di bidang energi. Sejak kunjungan Presiden Joko Widodo itu, Pertamina telah melakukan kontak intensif dengan mitranya untuk menjual LNG di Pakistan. Selain itu, Indonesia juga bisa ikut dalam pembangunan berskala kecil di perbatasan Pakistan.