Kondisi perenang nasional sedang dalam tren menurun setelah Asian Games. Tim pelatih segera membuat program panjang persiapan atlet.
JAKARTA, KOMPAS Perenang nasional yang tampil di Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka (IOAC) 2018 belum bisa mendekati catatan waktu terbaiknya meski di ajang itu mereka mampu meraih medali. Setelah tampil di Asian Games 2018, kondisi mereka memang menurun dan belum kembali pada performa terbaik.
Perenang nasional Gede Siman Sudartawa dari klub MNA Jakarta menjuarai nomor 100 meter gaya punggung IOAC yang digelar di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (1/12/2018). Siman mencatatkan waktu 56,68 detik mengungguli Rikcy Anggawijaya (57,62 detik) dan Farrel Armandio Tangkas (57,65).
Walaupun juara, catatan waktu perenang asal Bali ini masih jauh dari kemampuan terbaiknya. Waktu terbaiknya di nomor itu adalah 54,94 detik, yang diraih saat SEA Games Kuala Lumpur 2017.
Siman mengakui, kondisinya saat ini belum dalam bentuk terbaik setelah Asian Games. Salah satu indikasinya adalah berat badannya yang mencapai 71 kilogram, jauh dari idealnya 67 kilogram pada Agustus lalu.
Seharusnya Siman bisa mencatat 26 detik pada 50 meter awal dan 28 detik pada 50 meter menuju finis. Namun, keduanya dicapai 28 detik. ”Ya, masih belum mulai fokus latihan lagi, gym masih bolong-bolong. Banyak kejuaraan juga,” katanya.
Lima hari sebelum ajang IOAC, Siman tampil pada Kejuaraan Jepang Terbuka. Di sana ia juga kurang maksimal pada nomor 100 meter dengan catatan 56,94 detik.
Hal serupa dialami atlet nasional asal klub ESC Bandung, Triadi Fauzi, juara di nomor 50 meter gaya bebas. Triadi mencatatkan 23,29 saat final melawan atlet nasional lain Glenn Victor (23,40) dan Danandra Indra Damario (24,05). Torehan waktu Glenn itu masih jauh dari catatan terbaiknya, 22,66 saat SEA Games 2017.
Triyadi mengatakan, setelah Asian Games, intensitas latihannya berkurang. Selama tiga bulan terakhir, ia berlatih hanya untuk menjaga kebugaran tubuh. ”Belum ada latihan rutin. Saya juga sekarang lagi fokus untuk berangkat umrah dulu bulan depan,” ucapnya.
Pelatih renang nasional Albert C Sutanto menjelaskan, atlet sedikit menurun karena sedang dalam proses mempertahankan kondisi. Artinya, atlet hanya diminta menjaga sebaik mungkin kondisi puncak saat Asian Games, sebelum memulai persiapan umum.
”Sebenarnya penampilan mereka sudah cukup lumayan meski masih jauh dari target. Tetapi tidak apa-apa karena penampilan ini akan jadi tolok ukur untuk program ke depan,” kata Albert.
Setelah Indonesia Terbuka, atlet nasional akan memulai program drilling, yang meliputi perbaikan gaya dan teknik, sampai 22 Desember. Program dilanjutkan dengan latihan berat jelang Tahun Baru selama lima hari. Latihan berat itu ditujukan agar performa mereka tidak terjun bebas saat masuk kembali ke pelatnas pada 6 Januari 2019, untuk memulai tahapan persiapan umum.
”Kami akan masuk persiapan teknik dan daya tahan. Program sampai Maret akan memperbanyak volume work, untuk membentuk fondasinya,” sebut Albert.
Jakarta dominan
Dari cabang polo air, tim putri DKI Jakarta menunjukkan dominasi pada hari pertama. DKI yang diperkuat lima pemain tim nasional meraih dua kemenangan atas tim Jambi, 36-10, serta tim Sumsel, 22-2.
”Hasil hari ini tidak bisa jadi tolok ukur karena secara kualitas dan susunan pemain, lawan kami masih di bawah. Lawan yang sepadan itu tim Jawa Barat,” kata Pelatih Polo Air DKI Jakarta Dean Baldwin.
Di sisi lain, Jawa Barat juga mencatatkan dua kemenangan, yakni atas Jambi, 28-4, serta Sumsel, 19-3. Jabar akan bertemu DKI untuk penentuan
juara, Minggu pagi ini.
Polo air diikuti empat tim putri dan tujuh tim putra.
Adapun tim putra terdiri dari DKI Jakarta A, DKI Jakarta B, Jabar, Jawa Timur, Jambi, Sumsel, dan Merauke. Tim putri terdiri dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jambi, dan Sumsel. (E13)